KLIKANGGARAN-- Norilsk Nickel, produsen nikel Rusia, dikabarkan akan memindahkan sebagian produksi peleburan tembaganya ke Tiongkok.
Rencana pemindahan sebagian produksi peleburan tembaga Norilsk Nickel disebabkan tekanan sanksi Barat.
Kabar pemindahan sebagian produksi peleburan tembaga tersebut disampaikan kepala eksekutif perusahaan tersebut Vladimir Potanin , dilaporkan RT.com dengan mengutip Interfax pada hari Senin.
RT juga melansir bahwa Amerika Serikat dan Inggris telah menargetkan aluminium, tembaga, dan nikel asal Rusia dalam upaya mengurangi pendapatan ekspor Moskow.
Baca Juga: Ini Penampakan Chandrika Chika yang Tertangkap Polisi Karena Pesta Narkoba
“Tekanan [sanksi] ini memaksa kami untuk berpikir tentang bagaimana mengirimkan barang-barang kami ke pasar distribusi dengan cara yang benar,” kata Potanin kepada outlet berita tersebut.
Norilsk Nickel akan mendirikan usaha patungan di Tiongkok untuk membangun pabrik baru, yang diharapkan akan dibangun pada pertengahan tahun 2027, dan akan memasok sekitar 2 juta metrik ton konsentrat tembaga per tahun.
Menurut Potanin, produk akhir akan dijual sebagai barang Tiongkok, yang “jauh lebih sulit untuk dikenakan sanksi di Tiongkok dibandingkan barang Rusia yang masuk ke Tiongkok.”
Inisiatif ini dilaporkan juga akan melindungi ekspor perusahaan dari meningkatnya tekanan sanksi terhadap transaksi keuangan dengan Rusia. “Pemukiman adalah salah satu hambatan terbesar bahkan di yurisdiksi bersahabat, hal ini tidak memungkinkan eksportir dan importir bekerja secara normal,” bantah Potanin.
Menurut laporan Bloomberg baru-baru ini, sebagai bagian dari peralihan dari dolar AS dalam penyelesaian, Norilsk Nickel menjual logam di pasar spot dalam yuan menggunakan campuran harga London dan Shanghai.
Baca Juga: Diberi Nama Aisyah Aulia Putri Harlino, Ini Arti Nama Anak Ketiga Dude Harlino dan Alyssa Soebandono
Potanin juga mengatakan kepada Interfax bahwa perusahaannya sedang berusaha mendapatkan akses terhadap teknologi baterai Tiongkok untuk meningkatkan produksi dalam negeri.
Tiongkok telah menjadi tujuan utama ekspor komoditas Rusia setelah sanksi Barat. Bulan ini, AS dan Inggris melarang pertukaran logam untuk menerima aluminium, tembaga, dan nikel baru asal Rusia serta melarang impor logam tersebut.
Namun, Kremlin menggambarkan sanksi baru ini sebagai senjata yang memotong dua arah, dan mengklaim bahwa pembatasan “ilegal” akan menjadi bumerang bagi negara-negara yang memberlakukannya.
Artikel Terkait
China Umumkan Target Ekonomi Ambisius dengan Tetapkan PDB 2024 Sekitar 5% padahal Hadapi Tantangan Ekonomi
Trump: Zelensky Adalah Salesman Terhebat dalam Sejarah!
PM Italia Menjadi Korban Deepfake Video Porno dan Menuntut Rp15 Milliar kepada Pelakunya
Kate Middleton Idap Kanker, Mengaku Tak Sanggup Beri Tahu Anak-anaknya
Inilah Sosok Salwan Momika, Pelaku Pembakaran Al-Qur'an yang Dikabarkan Mati di Norwegia
McDonald's Akan Membeli Kembali Restoran-Restorannya di Israel setelah Terjadi Penurunan Penjualan di Tengah Boikot di Negara Muslim
Kota Pohang, Korea Seltan, Merencanakan Menyita Aset Kripto Para Penghutang Pajak dengan Nilai Ratusan Dolar