(KLIKANGGARAN)-- Virus corona telah menghantam penjara-penjara Filipina, yang terkenal sebagai yang paling padat di dunia, sehingga meningkat kekhawatiran bahwa penjara akan muncul sebagai pusat virus di negara Asia Tenggara itu.
Lebih dari 300 kasus COVID-19 telah dikonfirmasi di antara mereka yang berada di balik jeruji besi, sebagian besar di fasilitas penahanan di Cebu, Filipina Selatan. Paling tidak empat tahanan telah meninggal karena virus itu sementara lusinan orang yang bekerja di penjara juga dinyatakan positif terkena virus itu.
Pada hari Sabtu, Associate Hakim Agung Mario Victor Leonen mengatakan kepada media bahwa sekitar 10.000 narapidana akan dibebaskan dalam upaya untuk menghentikan penyebaran COVID-19 di fasilitas penahanan negara tersebut. Para tahanan dibebaskan setelah arahan yang dikeluarkan oleh Mahkamah Agung untuk membebaskan mereka yang ditahan sebelum persidangan karena mereka tidak mampu membayar uang jaminan, serta beberapa lansia dan tahanan yang sakit dan mereka yang hukumannya enam bulan atau kurang.
BACA JUGA: Kementerian PUPR Gelontorkan Rp100 Miliar Untuk Beli Karet dari Petani Langsung
Filipina memiliki hunian penjara terpadat di dunia.
Penumpasan brutal terhadap pengedar dan bandar narkotika ilegal yang dimulai pada pertengahan 2016 telah menambah masalah kepadatan penjara, sebab lebih dari 220.000 pengedar dan bandar narkotika ditangkap.
Ribuan lainnya telah ditahan sementara sejak Maret karena melanggar protokol karantina yang dimaksudkan untuk mengekang penyebaran COVID-19.
Menurut Biro Manajemen Penjara dan Penologi (BJMP), tingkat kepadatan penjara Filipina mencapai 534 persen. Data global menunjukkan bahwa ada 215.000 orang ditahan di fasilitas pada penjara-penjaran yang hanya bisa menampung sekitar 41.000 orang. Sekitar tiga perempat dari mereka yang ditahan itu sedang menunggu persidangan.
Pada 20 Maret, BJMP melembagakan lockdown total pada lebih dari 400 fasilitasnya dalam upaya untuk mencegah penyebaran infeksi.
"Kami hanya menunggu untuk mati di sini. Saya merasa tidak berdaya - seperti kami sedang menunggu virus datang untuk kami," kata seorang tahanan berusia 61 tahun kepada Aljazeera melalui telepon. Di latar belakangnya, narapidana lain terdengar batuk.
Pria berusia 61 tahun, yang berbicara dengan syarat nama dan tempat penahanannya tidak diungkapkan, telah dipindahkan ke ruangan lain karena usianya, dan serangkaian demam dan pilek yang telah dideritanya sejak ia ditangkap pada awal tahun.
Sel, yang diperuntukkan bagi dua orang, dihuni oleh 11 orang, tetapi itu lebih baik dari pada yang biasa mereka lakukan. "Lebih baik daripada tidur di tangga, bertumpuk satu sama lain," katanya.
BACA JUGA: Didi Kempot, Godfather of Brokenheart, Meninggal Dunia
Masker wajah telah dibagikan kepada semua tahanan, tetapi banyak yang mengatakan tidak nyaman memakainya di musim panas yang terik dan di ruang yang begitu sempit yang tidak mungkin berjalan dua langkah tanpa menabrak orang lain.