Kembali ke Khittah 1928

photo author
- Rabu, 2 November 2016 | 03:23 WIB

Oleh karenanya, sikap mengedepankan kepentingan umum ketimbang kepentingan pribadi maupun golongan, menolong kaum papa yang tak berdaya menjadi agenda penting ke depan. Menyikapi perbedaan sebagai rahmat, bukan sebagai musuh yang harus disingkirkan! Membangun rasionalitas berpolitik yang mengedepankan etika moral dan akal sehat. Menjauhkan diri dari sikap tamak harta dan benda yang menghalalkan segala cara. Berpolitik luhur untuk membangun peradaban bangsa yang mulia. Tanpa harus menghancurkan sesama kita.

Dengan rasionalitas, etika, dan moralitas, politik akan terlihat lebih seperti seni, tidak kejam dan busuk yang selama ini terlihat. Kasantunan, kedewasaan, dan keluhuran budi dalam berpolitik merupakan keniscayaan dalam membangun peradaban sebuah bangsa. Tanpa itu semua, nihil rasanya kalau peradaban yang agung akan tercipta. Maka dari itu, mulai saat ini juga, baik elit politik maupun para pemuda/mahasiswa wajib mengedepankan moral-etik berpolitik apalagi berbangsa. 

Karena politik tanpa rasionalitas moral dan ilmu pengetahuan akan menjadi sangat jahat. Sebaliknya, moral saja tanpa diimbangi  kesadaran politik (kerakyatan dan kebangsaan) hanya akan menjadi tatan kehidupan yang sia-sia. Maka berpolitiklah dengan akal sehat dan kejernihan budi-nurani, demi masa depan kita dan anak-cucu (pemuda) kita dan Indonesia yang jaya!

Maka dari itu setidaknya ada 5 (lima) agenda yang diharapkan ke depan:

1. Bersumpah meneguhkan peristiwa “Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928” sebagai tonggak bersejarah yang wajib dihormati, diniati kembali serta ditanamkan kembali dalam sanubari, diteladani dan diamalkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

2. Bersumpah menegakkan, mewujudkan dan mengamalkan Negara Amanat dan Cita-Cita Proklamasi 17 Agustus 1945, Pancasila, UUD’45 dan NKRI sebagai harga mati!

3. Bersumpah bahwa Bhineka Tunggal Ika adalah fakta sejarah bangsa Indonesia yang tidak dapat diingkari dan wajib kita jaga dan rawat, sekaligus menolak segala bentuk radikalisme dan paham yang bereberangan dengan Pancasila.

4. Bersumpah bahwa tidak akan pernah sedikit pun mengkhianati dasar negara dan cita-cita luhur para pendiri bangsa yang telah gugur menumpahkan darah, jiwa dan raga demi kemerdekaan Republik Indonesia.

5. Bersumpah bahwa dengan “KHITTAH 1928” ini, kami sebagai pemuda generasi penerus dan pelurus amanat dan cita-cita perjuangan pendiri bangsa akan setia pada: Pancasila, Proklamasi 17 Agustus 1945, Khittah UUD’45 dan NKRI.

LKSB berharap, apa yang menjadi bahandalam diskusi ini memberikan pencerahan dalam mencari solusi terhadap permasalahan bangsa yang berbasis multi dimensional yang tengah dihadapi bangsa ini. Terutama terkait persoalan moralitas politik-kebangsaan yang paradoksal terhadap amanat dan cita-cita Proklamasi Republik Indonesia 1945 yang berdasarkan Pancasila, UUD’45, Bhineka Tunggal Ika, dan NKRI. Semoga, diskusi ini dapat memberikan kontribusi berarti bagi kita semua demi kemajuan bangsa.

 

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Kit Rose

Tags

Rekomendasi

Terkini

X