NKRI Tempat Lahirnya Budaya Adiluhung

photo author
- Kamis, 22 September 2016 | 19:51 WIB
images_berita_Sep16_1-KR-NKRI
images_berita_Sep16_1-KR-NKRI

Jakarta, Klikanggaran.com - Laksana drama, bumi pertiwi inilah panggungnya, pemimpin sutradaranya, para menteri kreatornya, para pejabat aktor utamanya, rakyat jelata mungkin hanya sebagai penonton, atau bisa juga sebagai tim kerja bagian bawah, alias pesuruh.

Carut marut di tubuh negara belum juga usai, kemudian semakin meruncing dengan keputusan yang diambil oleh sebuah partai besar atas dukungannya terhadap satu pasangan calon gubernur dan calon wakil gubernur Kota Jakarta mendatang. Putri sang Proklamator yang tadinya menjadi harapan bagi rakyat agar dapat menyembuhkan luka mereka, kini justru menambah luka di atas luka.

 

Buanergis Muryono, yang akrab dipanggil dengan Mas Yono, atau Ki Yono, dalam satu kesempatan berbincang dengan klikanggaran mengatakan bahwa inti utama dari semua ini adalah lenyapnya kemelaratan rakyat atas jasa upaya penyelenggara negara. Ki Yono mengatakan bahwa di NKRI ini tidak pantas ada rakyat miskin. Karena Bumi Pertiwi ini kaya raya.

“Sugihe diwakili thok, jane isin. Ratu aji asu. Pemimpin lebih berharga dari seekor anjing bila membiarkan rakyatnya miskin di tengah berkelimpahan harta,” katanya pada klikanggaran, Kamis (22/09/2016).

Ketika klikanggaran menanyakan bagaimana pendapatnya atas situasi terbaru yang menorehkan sejarah di halaman kehidupan bangsa Indonesia, khususnya Kota Jakarta, Ki Yono mengatakan, pembusukan telah terjadi selama 71 tahun. Jika Mas Joko (Presiden Joko Widodo – Red) di tahun ke empat mengenyahkan kemiskinan rakyat jelata, maka saat pamit di akhir jabatan, lahir sebagai dewa.

“Harus ganti yang baru agar tidak lagi mengulang lupa. Cukup sekali masa jabatan, siapa pun yang memimpin, agar tidak lupa, tidak salah, tidak ada iri hati, tidak ada murka diri,” ujarnya.

Ki Yono memberikan ilustrasinya tentang sebuah tatanan dalam pandangannya. Tahun pertama sensus penduduk miskin. Tahun kedua mengkalkulasi subsidi. Tahun ketiga berbagi aset kekayaan NKRI pada yang miskin dengan adil. Tahun keempat negeri berseri. Tahun kelima undur diri dengan suci mandita.

Idealismenya sebagai seorang budayawan sekaligus penulis mengalir, memberikan gambaran solusi untuk negeri ini. Menurutnya, langkah sederhana yang bisa diambil untuk menghentikan kemiskinan di Indonesia adalah, tiap kepala keluarga (KK) harus disubsidi penuh dengan kekayaan NKRI, baik dari aset SDA maupun hasil investasi. NKRI tetap kaya raya, rakyat penuh inovasi karena tidak perlu disibukkan mencari sesuap nasi dan secangkir kopi.

“Ada beberapa contoh negara lain yang telah menerapkan ini. Dasar Negara Pancasila dan UUD 45 sudah cukup. Tidak perlu ditambahi aneka PP atau UU lagi, yang bikin keruh,” cetusnya.

Menurut Ki Yono, negeri ini memiliki pribadi-pribadi sejati yang penuh kasih. Itu sebabnya melahirkan aneka seni budaya tinggi. Bangsa lain menyebut, NKRI sebagai tempat lahirnya Budaya Adiluhung.

“Bukan keseniannya yang utama, tapi pribadi-pribadi sejati sebagai aset negeri. Aset SDM NKRI yang paling utama dari tempat, perangkat, dan alat. Itulah jatidiri. SDM sejati. Jadi bukan isue SARA. Bukan Jawa Sunda Sumatera, namun manusia sesungguhnya. Manusia sejati yang weruh ing sariraning pribadi lan weruh ing panuju,” tambahnya.

Pesan tambahan yang begitu mendinginkan hati dari Ki Yono, sang Javanologi Master:

Kowe yo aku. Aku yo kowe. Gusti kang murbehing dumadi nyawiji. Jagad gede jagad cilik nyawiji mring sariraningsun. Itulah manusia bumi pertiwi. Kaharan Jawa. Jatining wahana. Jadi bukan suku, tidak agama, apalagi ras. Jawa itu manusia sejati.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Kit Rose

Tags

Rekomendasi

Terkini

X