Habislah Sudah Masa yang Suram, Selesai Sudah Pmii Jadi Penonton

photo author
- Senin, 19 April 2021 | 13:34 WIB
bendera pmii
bendera pmii

Dalam upayanya merebut hak sejarah untuk ikut mengatur republik ini, PMII perlu melakukan reorientasi pemikiran dan gerakan. Paradigma kritis-transformatif yang diajarkan di forum kaderisasi PMII benar adanya. Tapi konteksnya adalah negara otoriter Orde Baru yang memberangus kebebasan berpendapat, anti-demokrasi, dan anti-rakyat. PMII didorong menjadi kekuatan mandiri dan otonom di luar negara. Juga di luar masyarakat politik (political society). Konsekuensinya, kader-kader PMII tumbuh menjadi generasi yang kritis pada kekuasaan, cenderung anti-politik dan bahkan anti-negara.


Kini zaman berubah. Pasca reformasi, negara mewujud menjadi ruang kontestasi yang terbuka, dengan polarisasi kekuatan dan desentralisasi kekuasaan hingga ke daerah-daerah. PMII dan kader pergerakan tak boleh gagap menghadapi situasi ini. Pemegang hak sejarah untuk ikut mengatur Republik ini harus percaya diri, proaktif dan kompeten menjawab tantangan kebangsaan baru. Mereka harus mulai tampil memimpin di semua lini. Tak hanya lini dakwah, tapi juga ekonomi, politik, pendidikan, kebudayaan, inovasi teknologi, dan lain sebagainya. Tak ada ruang yang tak diisi oleh kader-kader pergerakan.


Dulu, kita menjalankan peran sebagai agent of social control yang membanggakan. Tapi jika dimaknai sekarang, agent of social control itu tak lebih dari sekedar menonton orang lain berkuasa dan mengatur Republik ini. Kaum nahdlyyin ujungnya tidak pergi kemana-mana. Tetap miskin, terlunta dan terbelakang dalam banyak hal. Pemegang saham terbesar Republik ini tak boleh hanya sekedar menjadi penonton, lalu menjadi pasar murah meriah bagi entitas-entitas lain yang bertarung kepentingan.


Maka wahai kaum pergerakan, kader-kader PMII dimanapun berada. Solidkan barisan dan bagi tugas. Lakukan kaderisasi massif di semua lini gerakan. Terbitkan tunas-tunas baru berjiwa negarawan agar bisa ikut mengatur negara ini. Mulailah ambil inisiatif dan memimpin di tempat masing-masing. Cari masalah, temukan solusi dan tinggalkan legacy (warisan) kemanfaatan. Buktikan, kita bisa memimpin, bisa memerintah. Jangan berhenti karena capai, tapi berhentilah karena sampai.


Orang bijak berkata, "Kalau mau panen tiga bulan, tanamlah jagung. Kalau mau panen 25 tahun, tanamlah pohon jati. Kalau mau panen seumur hidup, tanamlah orang dimana-mana".  Maka negarawan yang sesuai konteks zaman  di semua lini harus sebanyak-banyaknya lahir dari gua garba PMII. Negarawan yang memimpin serta menyiapkan generasi dengan kualitas, kuantitas dan persebaran yang merata di seluruh wilayah NKRI.


Apakah PMII bisa? Bisa! Apakah PMII mampu? Mampu! Rebut hakmu sekarang atau sekali lagi nasibmu akan tergilas oleh roda zaman yang makin bengis. Ideologi kita punya. Pemimpin kita punya. Organisasi kita punya. Massa yang menyatu pun kita sudah punya. Hanya tinggal bergerak, terus belajar dan menang.


Sebagai penutup, bolehlah saya katakan disini, habislah sudah masa yang suram. Selesai sudah PMII jadi penonton di lapangan ekonomi, politik, kebudayaan dan lain-lain. Saatnya PMII bangkit, bergerak dan mengambil haknya ikut mengatur Republik Indonesia tercinta ini.


Selamat ulang tahun ke-61 PMII. Dirgahayu pergerakanku! Maju terus dan jangan pernah lelah mencintai Islam, jangan pernah lelah mencintai Indonesia. Semoga Allah SWT, Tuhan YMK, meridhoi PMII dan perjuangan seluruh warga pergerakan.


Salam pergerakan!


Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Administrator

Tags

Rekomendasi

Terkini

X