Karena China menutup negaranya untuk isolasi wabah COVID-19.
Yang terdampak banyak sekali. China adalah konsumen LNG terbesar di dunia saat ini. Dengan kebijakan menutup pasar LNG, kontrak berjalan LNG pun jadi berantakan.
Harga LNG turun. AS pun kerepotan, karena alasan COVID-19, hasil shale gas yg hendak dijual ke China beberapa tanker sudah dalam pengiriman, jadi terkatung-katung nasibnya. Padahal Shale Gas ini menjadi 'janji politik' Trump pada industri energi nya untuk mau investasi ke shale oil & gas. Jaminan pasar dari pemerintah AS...kini runyam.
Timur tengah, sudah waspada resesi, terutama Qatar, yg telah shifted fokus ekonominya ke gas dari sebelummya minyak. Rencana ekplorasi blok migas terbesar di Qatar pun terhenti karena jatuhnya harga gas saat ini.
Australia dg Inpex Jepang pun bergegas mencari pasar untuk produksi LNG yg telah siap kirim. Bisa dibayangkan kalutnya toh . Yep....ketika China menutup pasarnya, we are having GLOBAL BROKEN SUPPLY CHAIN.
Naaah...apa kabar Blok Masela Indonesia? Hihihi, melihat situasi perkembangan geopolitik & harga LNG saat ini, ada sedikit ekstra waktu bagi Indonesia untuk berbenah to?
Kontrak gas berbeda dengan kontrak minyak bumi. Ini yang hendaknya dipahamkan pada para pihak, khususnya pemerintah daerah. Jangan cuman mikir Participating Interest tapi modal hanya di atas kertas belaka dg alasan kesejahteraan masyarakat daerah & milik daerah. Suntikan modal untuk deep water LNG itu tidak main-main ya. Emang didiemin gas nya bisa keluar sendiri?
Untuk kebutuhan Industri di Pulau Jawa & Sumatera. Ada peluang, untuk dapat membeli LNG murah dari INPEX dari Blok Australia ya? Pleaseeeeee....jangan pada mikir signature bonus dulu lah.
Artikel opini dari Arum Kusumaningtyas, pengamat masalah internasional.