Paradoks Perdagangan Gratis:  Bank dan Perbankan

photo author
- Senin, 28 Oktober 2019 | 16:54 WIB
FB_IMG_15720544839814733
FB_IMG_15720544839814733


Jakarta,Klikanggaran.com - Bill Gates pada 20 tahun lalu menuturkan kata "We need banking, but not Banks" yang berarti "Kami membutuhkan perbankan, tetapi bukan Bank" sehingga pada era sekarang mencetuskan Free Trade Paradox (Paradoks Perdagangan Gratis).


Berdasrkan cek fakta,industri Perbankan tetap tumbuh dan diperlukan dalam Perdagangan Global. Bahkan Bank Guarantee masih menjadi prasyaratan keharusan. Investment Bank berkembang subur, walau beberapa tumbang hingga membuat resesi 2008 lalu.


Kenapa?


Apa yang dikatakan Bill Gates 20 tahun lalu tentang Bank hanya menyoal proses transaksi dan doing busines nya bank.


Tetapi  Bank juga sebuah entitas tentang jaminan dan legalisasi TRUST  sehingga muncul aturan-aturan rigid yang bersifat global (monetary policies). Dimana mata uang menjadi memiliki nilai disini. Dan memerlukan 'hub' untuk mengatur arus perputarannya. Penentuan hub inilah yang dalam beberapa dasawarsa lalu, memunculkan Hongkong, Swiss & Singapura sebagai 'safe heaven'.


1/3 perputaran uang di dunia, digunakan untuk kegiatan perdagangan dan imbal baliknya adalah pembayaran pajak dan cukai untuk Pemerintah suatu negara. Dengan dasar inilah, suatu negara menghitung jumlah uang yang diperlukan untuk beredar di masyarakatnya. Sehingga uang menjadi berharga.


Dengan kata lain, tanpa Pemerintahan/ Negara uang menjadi tak ada nilainya. Tanpa ada Government license yg berupa kebijakan fiskal negara, tidak akan terjadi sistem perbankan. Inilah PR terbesar yang hingga kini belum mampu dijawab oleh  ragam Cryptocurrency dengan Blockchain sbg Ledger nya.


Disrupsi sudah terjadi. Government License sedang dikembangkan oleh 2 negara: UK dan China melalui Bank Sentral nya masing-masing. Basicnya pun belum Crypto currency, tetapi mengembangkan sistem Crypto Assets nya dahulu. Bank of China...segera mendistribusikannya ke 5 kanal: 3 Bank BUMN mereka; Alibaba Group & Tencents.


Itulah Free Trade Paradox saat ini .


Penulis: Arum Kusumaningtyas


Penulis adalah pemerhati kebijakan publik


Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Tim Berita

Tags

Rekomendasi

Terkini

X