Jakarta, KlikAnggaran.com - Usaha Kelas Menengah (UKM) sebagai salah satu pemicu kemajuan Indonesia dinilai belum sadar teknologi. Teknologi digital yang diharapkan membantu UKM Indonesia untuk dapat bersaing dan tumbuh lebih cepat, tidak berjalan seperti yang diharapkan.
Kendati pemerintah telah menyatakan siap menjadi lokomotif kemajuan perekonomian melalui industri, survei menyebutkan bahwa pengusaha kecil dan menengah di Indonesia belum banyak yang sadar pentingnya penerapan teknologi informasi dan komunikasi (ICT). Kecanggihan teknologi informasi digital saat ini, dimana terdapat ruang begitu luas bagi UKM untuk berkembang lebih mudah menuju pasar global, belum dimanfaatkan dengan maksimal.
International Data Corporation (IDC) mengelompokkan tingkat kemapanan penerapan ICT menjadi lima tahap, yakni Ad Hoc, Opportunistic, Repeatable, Managed, dan Optimized. Analis Senior IDC Indonesia, Mevira Munindra, mengatakan Indonesia masih berada di tingkat Ad Hoc menuju Opportunistic. Dalam tingkatan Ad Hoc, penerapan ICT masih terbatas dan bersifat eksperimental. Pengusaha Indonesia masih dalam taraf mencoba-coba menerapkan ekonomi digital dalam bisnisnya.
"Tantangan kita adalah membawa Indonesia ke tingkat Managed dan Optimized," ujarnya dalam paparan mengenai ekonomi digital di Jakarta, Kamis (28/7) pada CNNIndonesia.
IDC memperkirakan total pengeluaran terkait ICT dari sektor UKM hanya akan mencapai US$1.5 miliar pada akhir 2016. Jumlah itu hanya sedikit jika dibandingkan dengan perkiraan total pengeluaran di bidang yang sama secara umum, yakni US$29,5 miliar.
Mevira menjelaskan, perkiraan angka pengeluaran di sektor UKM itu masih didominasi pada aplikasi telekomunikasi dan peranti keras yang bersifat sederhana, mulai dari telepon seluler hingga komputer dan layanan yang alakadarnya.
"Berdasarkan kebutuhan, UKM membutuhkan kecepatan yang tinggi dan biaya yang lebih rendah. Dari perilaku yang kami teliti, walaupun ada produk yang memenuhi standar konsumen, pengusaha lebih memilih layanan yang lebih rendah jika harganya lebih murah," ujarnya.
Para pengusaha di Indonesia, kata Mevira, masih memprioritaskan efisiensi biaya. Berdasarkan survei, sebanyak 22 persen UKM mengutamakan aspek tersebut, diikuti 20 persen yang mengutamakan adaptasi ICT dan 15 persen yang mengutamakan alat manajemen lebih baik. Artinya, sudah mulai ada pergerakan menuju penerapan ICT yang lebih baik. Namun, masih jauh untuk menuju tingkat adopsi yang mapan. (kr)