Rusaknya Hulu Cimanuk Penyebab Banjir Bandang Garut

photo author
- Senin, 17 Oktober 2016 | 07:46 WIB
images_berita_Okt16_cimanuk
images_berita_Okt16_cimanuk

KlikAnggaran.com- Anang Sudarna, Kepala Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) Jawa Barat, memprediksi penyebab banjir bandang yang terjadi di Kabupaten Garut diakibatkan oleh hulu Sungai Cimanuk yang rusak. Hal itu terbukti dengan tidak lama saat turun hujan, dua sampai tiga jam kemudian Sungai Cimanuk sudah dipastikan akan meluap di Tarogong Kidul. Artinya, tidak ada tahanan air di daerah hulu sungai.

 “Mestinya ketika hujan turun, kalau vegetasinya benar, air itu akan lama sampai ke sungai,” kata Anang sebagaimana dikutip Mongabay.co.id.

“Jika air dari gunung memakan waktu lama untuk sampai ke sungai, artinya hutan lindungnya berfungsi dengan baik. Lanjutnya, berdasarkan citra satelit, terlihat kawasan Gunung Cikurai, Guntur dan Darajat berwarna merah atau sudah berkurang drastis luasan kawasan hutan lindung,” jelas Anang.

Eksploitasi yang terjadi di kawasan konservasi yang dilindungi di Garut menjadi penyebab utama dalam bencana alam kali ini. Eksploitasi lingkungan dilakukan pengembang yang melanggar Rencana Detail Tata Ruang (RDTR). Demikian ungkap Anang.

“Warna merah menunjukan tanah gundul dan bukan vegetasi permanen. Anang menyesalkan kawasan yang diperuntukan sebagai resapan air tanah, kerap digunakan sebagai lahan pertanian, pembangunan kawasan wisata, hingga properti dengan tidak memerhatikan kaidah lingkungan,” terang Anang.

“Pemerintah Provinsi  Jawa Barat agar bertindak tegas terhadap yang menyalahi aturan,” tegasnya.

Secara geomorfologi dan topografi jarak antara daerah lereng dan lembah di wilayah Garut dekat sekali. Beda dengan di Bandung, seperti di Gunung Wayang dan Sungai Citarum. Saat terjadi hujan deras, air bah baru sampai ke Dayeuh Kolot setelah lima sampai enam jam.

“Di Cimanuk, hanya dua sampai tiga jam (air sampai ke Tarogong Kidul), topografi yang curam, resapan air yang minim sehingga mengakibatkan percepatan air mengalir dengan deras,” ungkap Anang.

Menurutnya, Sungai Cimanuk adalah sungai yang Koefisien Regim Sungai (KRS) paling buruk se-Pulau Jawa, bahkan terburuk secara nasional. Ketika musim kemarau, KRS Cimanuk nilainya 1, tapi saat musim hujan nilainya 771.

KRS adalah perbandingan debit air tertinggi dengan debit air terendah dalam satu periode. Biasanya pada saat musim hujan tertinggi dan musim kemarau terendah. KRS yang baik mempunyai nilai 50 ke bawah. KRS kategori sedang nilainya 50 – 120 dan KRS kategori buruk nilainya 120 ke atas.

Anang menegaskan, fungsi hutan harus dikembalikan. Kawasan hutan lindung agar dikembalikan menjadi hutan lindung, kawasan hutan konservasi juga dilindungi. 

[sumber: mongabay]

 

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Mang Kamil

Tags

Rekomendasi

Terkini

X