Nasib malang menimpa Wolsim, ia dituduh sebagai penyebar agaram Kristen Katolik karena memiliki kalung salib. Wolsim dibunuh disaksikan warga desa. Yi Sun yang baru saja kembali dari Hanyang pun melihat hari nahas itu, ia marah kepada semua orang dan membunuh semua yang ada disana.
Sesuai dengan janjinya, ia rela menderita bersama maka Yi Sun menggorok lehernya dengan pedang dan mati bersama Wolsim.