Tidak bisa dipungkiri, kedua film tersebut memang memiliki unsur komedi yang sama-sama kuat.Bedanya, untuk versi Indonesia film garapan Hanung Bramantyo ini memilih untuk memakai komedi slapstick.
Kelima napi kerap hal-hal konyol seperti tamparan, memukul atau melakukan adegan kekerasan lainnya. Tak hanya itu, mereka juga kerap mengeluarkan berbagai lelucon ringan yang terasa lokal banget.
Salah satu sasaran yang sering kena diss dari para napi adalah Bos Japra, karena pria ini tidak bisa membaca tulis dan galak. Sementara untuk versi Korea Selatan, sepertinya mereka hanya menambahkan sedikit dark jokes.
Mereka saling menghina karakter masing-masing dan menjadikan hal ini sebagai salah satu hal yang lumrah dalam kehidupan sehari-harinya.
Inilah beberapa perbedaan dari Miracle in Cell No.7 (2022) versi Indonesia dengan versi Korea Selatan. Meski memiliki alur hingga karakter yang berbeda, nyatanya semua ini tidak mengganggu premis dan pesan yang ingin disampaikan dari filmnya.
Tak hanya itu, berbagai perbedaan ini malah bikin Miracle in Cell No.7 (2022) versi Indonesia terasa lebih lokal dan mudah menyentuh hati para penonton.
Penulis: Revyawan Ashary (Mahasiswa Universitas Pamulang)
Artikel Terkait
PJ. Bupati Nagan Raya Hadiri Acara Survei Akreditasi Rumah Sakit Umum Daerah Sultan Iskandar Muda
Positif Gunakan Doping, Paul Pogba Terancam Pensiun Dini, Kenapa? Ini Alasannya!
Innalillahi, Aktor Yayu Unru Meninggal Dunia, Ini Dugaan Penyebabnya
Pro dan Kontra Kemengan Belinda atas Kiki MCI 11, Apakah MasterChef Indonesia Settingan? Ini Jawaban Tegas Chef Juna
Okie Agustina Tepok Jidat Tanggapi Gunawan Dwi Cahyo Laporkan Dirinya yang Tuduh Selingkuh
Bullying: Dampak dan Pengaruh Mental Yang Dialami Tokoh Alea Dalam Novel Einstein Karya Yourkidlee
Kejahatan Tenryuubito dalam Komik One Piece Karya Eiichiro Oda
Sekte Sesat dalam Film Pengabdi Setan Benarkah Ada atau Hanya Fiksi Belaka?
Kembali Populer, Lagu Kala Sang Surya Tenggelam Dipilih Menjadi Soundtrack dalam Serial Gadis Kretek
Argantara: Perbedaan Karakter Argantara antara Novel dan Film