Ajaibnya, di jalan yang sudah diguyur hujan, air hujan itu sama sekali tidak membasahi saya. Saat motor saya melaju, hanya bagian belakang atau boncengan motor saya saja yang kuyup oleh air hujan. Sedangkan saya tidak sama sekali.
Sampai saya tiba di hotel tujuan dalam kondisi seperti semula, tidak basah oleh hujan. Padahal saya mengendarai motor tanpa jas hujan!
Sejak saat itu saya mengakui kesakralan Bali. Saya paham dengan sebutan Bali adalah Pulau Dewata. Saya paham, setiap jengkal tanah Bali adalah mistis dan sakral.
Sembah dan hormat saya untuk Ratu Ayu Mas Subandar. Hormat dan kagum saya pada kesakralan Pulau Dewata.
Jika dalam penulisan ini ada bagian yang salah, dengan hormat dan kagum saya pada kesakralan Bali, mohon maafkan saya. Saya menulis dari pengalaman pribadi dan kaca mata orang awam yang bukan pemeluk Hindu Bali. Salam damai semesta.*
Penulis: Nyai Sampur
Editor: Blackrose
Mungkin teman Anda tertarik dengan artikel ini, mohon bantu share kepadanya, ya, terima kasih.
Artikel Terkait
Cerita Mistis dan Teror Rumah Angker di Lereng Lawu Bagian Satu
Cerita Mistis dan Teror Rumah Angker di Lereng Lawu Bagian Dua
Cerita Mistis dan Teror Rumah Angker di Lereng Lawu Bagian Tiga
Cerita Mistis Makam Keramat Murid Pangeran Diponegoro di Sleman
Cerita Mistis di Parangkusumo, Kisah Para Pengabdi Ratu Pantai Selatan