“Ngiring” adalah murni anugerah dari Bethara Bethari, tidak bisa diminta atau dipelajari. Biasanya pribadi yang terpilih akan menjadi “tapakan” (tempat linggih Bethara Bethari).
Banyak tanda khusus bagi orang yang mendapatkan anugerah ini. Biasanya mata batinnya akan terbuka. Kemudian ada yang berambut gimbal secara mistis, di mana rambut gimbal ini tidak diizinkan digunting.
Baca Juga: Bupati Belum Susun Juknis, Pemkab Bekasi Berpotensi Kehilangan Penerimaan Pajak Reklame
Hal paling menakjubkan bagi saya, mereka bisa mendadak punya kemampuan supranatural. Mampu menjadi healer atau mampu meramal dengan tepat. Saya melihat sendiri bagaimana banyak orang sakit yang sembuh dengan pertolongan ‘tapakan’ ini.
Banyak sekali Bethara Bethari di Bali yang memilih tapakan beliau sendiri. Salah satu yang saya lihat dengan jelas dan saya kenal dekat adalah tapakan Ratu Mas Ayu Subandar.
Bagi pribadi yang terpilih untuk menerima anugerah ini sama sekali tidak bisa mundur atau menolak, sebab resikonya terlalu besar. Bisa berujung sakit, kehancuran hidup, bahkan kematian.
Baca Juga: Sadis! 14 Pelaku Pembunuhan di Garut Kubur Hidup-Hidup Korbannya
Akan tetapi, bagi yang taat mengabdi, jaminan damai dan ketenangan batin pasti mereka peluk. Selain itu, mereka harus mengabdikan hidup mereka untuk menolong sesama.
Saya pribadi punya pengalaman sakral dan mistis dengan Ratu Niang Subandar. Saat itu salah satu teman saya yang mendapat anugerah Ngiring Ratu Niang Subandar bercerita kepada saya.
Katanya, Sang Ratu Niang Subandar menguasai dan memberi berkah bukan hanya rejeki, tetapi apa pun termasuk lautan. Saat itu saya hanya tersenyum walaupun hati saya ragu.
Nah, saat itu setelah ngobrol dengan tapakan beliau, saya yang masih ada tugas gladi bersih sebagai Master of Ceremony di sebuah acara di hotel setempat, pamit untuk berangkat.
Baca Juga: Lab yang Terapkan Tarif PCR di atas Rp275 Ribu atau Rp300 Ribu akan Diberi Sanksi
Namanya juga gladi bersih di hotel, saya harus rapi, donk. Saya pun pakai motor pergi ke hotel, harus menempuh perjalanan yang tidak pendek, sekitar tiga puluh menit. Saat itu mendung gelap sekali. Saya pun teringat kalimat tapakan tadi bahwa beliau juga menguasai laut dan air.
Teringat hal itu, spontan dari atas motor saya katakan dalam hati, “Ratu Niang, jika Ratu Niang memang menguasai air, tolong jaga saya supaya tidak kehujanan.”
Apakah saya katakan itu karena saya mengimani cerita teman saya? Tentu tidak. Semua saya katakan iseng saja sebag mendung teramat gelap.