KLIKANGGARAN -- Masih ingat Carrefour? Ya, supermarket asal Prancis yang pernah berjaya di Indonesia. Ini ada kabar dari Carrefour Prancis tentang rencana aksi mereka.
Mengutip Reuters, Russia Today melaporkan bahwa Supermarket Prancis, Carrefour, memberi tahu pembeli bahwa mereka tidak akan lagi menjual produk PepsiCo.
Carrefour tidak akan menjual lagi produk PepsiCo, seperti minuman soda berkarbonasi Pepsi dan produk keripik 7up dan Lay.
Mengapa? Dari laporan Reuuters diketahui bahwa rencana Carrefour itu disebabkan harga PepsiCo terlalu mahal, menurut laporan Reuters.
Baca Juga: Kok Bisa, Lebih dari 55.000 Bisnis di Prancis Tutup pada Tahun 2023, kata Bank Sentral Prancis?
Menurut outlet tersebut, juru bicara jaringan toko kelontong terbesar kedua di Prancis mengonfirmasi bahwa mereka akan memasang catatan di rak yang memajang barang-barang PepsiCo yang bertuliskan “Kami tidak lagi menjual merek ini karena kenaikan harga yang tidak dapat diterima.”
Tidak jelas apakah produk PepsiCo yang sudah ada di rak Carrefour akan ditarik, tambah laporan itu.
Pada bulan Oktober, PepsiCo memperingatkan kenaikan harga yang “sederhana” di tahun baru di tengah permintaan yang stabil.
Raksasa makanan ringan dan minuman Amerika ini telah menaikkan harga selama tujuh kuartal berturut-turut, menaikkannya sebesar dua digit pada periode Juli-September tahun lalu.
Baca Juga: Rusia Menjadi Pemasok Minyak dan Gas Terbesar bagi Turki Mendekati 60 Persen pada Tahun 2023
Perusahaan juga mengurangi ukuran kemasan beberapa produknya dengan mengklaim tujuannya adalah “untuk memenuhi permintaan konsumen akan kenyamanan dan kontrol porsi.”
Tahun lalu, di tengah tingginya inflasi konsumen, pengecer bahan makanan di beberapa negara UE menantang raksasa pangan global dalam hal harga. Carrefour memulai kampanye “penyusutan” pada bulan September, dengan memberikan peringatan pada barang-barang yang ukurannya menyusut tetapi harganya lebih mahal.
Negosiasi sedang berlangsung di Perancis antara produsen makanan dan pengecer, yang menuntut pemotongan harga, karena mereka mengatakan harga bahan mentah dan energi baru-baru ini turun.
Perwakilan industri makanan berpendapat bahwa biaya produksi masih tinggi dan produsen telah menyerap guncangan inflasi yang signifikan.***