Gen Z Kuasai Era Gig Economy: Fleksibel Cari Penghasilan tapi Rentan Finansial akibat Sulit Kelola Dana Darurat

photo author
- Minggu, 31 Agustus 2025 | 18:05 WIB
Ilustrasi kelompok generasi Z atau familiar disebut Gen Z saat memasuki era Gig Ekonomi.  ((Freepik.com))
Ilustrasi kelompok generasi Z atau familiar disebut Gen Z saat memasuki era Gig Ekonomi. ((Freepik.com))

(KLIKANGGARAN) – Generasi Z kini semakin erat dengan pola kerja berbasis proyek atau kontrak jangka pendek yang dikenal sebagai gig economy.

Sistem kerja ini banyak ditopang oleh platform digital dan telah menjadi pilihan utama, bukan sekadar pekerjaan tambahan.

Laporan Bank Dunia pada 2023 menyebut jumlah pekerja lepas di dunia mencapai lebih dari 435 juta orang, sekitar 12,5 persen dari total tenaga kerja global. Angka tersebut diperkirakan akan terus meningkat dalam beberapa tahun mendatang.

Baca Juga: Fenomena Humor di Kantor: Cara Sederhana Redakan Stres, Bangun Relasi, dan Strategi Pimpinan Perkuat Tim

Direktur Utama Black Mammoth, Stoy Hall, menilai tren ini menghadirkan peluang besar sekaligus tantangan serius.


"Mereka punya fleksibilitas, otonomi, dan banyak sumber penghasilan. Itu luar biasa. Tapi mereka juga kehilangan hal-hal penting untuk masa depan, seperti pensiun, asuransi kesehatan, dan penghasilan yang stabil," ujar Hall sebagaimana dilansir dari Investopedia pada Minggu, 31 Agustus 2025.

Generasi Z disebut menjadi motor utama perubahan ini. Laporan Ogilvy memperkirakan pada 2027 hampir separuh tenaga kerja di negara-negara maju akan bekerja di sektor gig economy, dengan pertumbuhan tiga kali lebih cepat dibandingkan pekerjaan konvensional.

Baca Juga: Sikapi Situasi Pasca-Demo, Dinas Pendidikan Sulsel Keluarkan Imbauan Pembelajaran Daring

Meski menawarkan kebebasan, pola kerja lepas menuntut Gen Z lebih disiplin dalam mengelola uang. Tanpa perencanaan finansial, fleksibilitas dapat berbalik menjadi kerentanan.

"Pendapatan yang tidak menentu membuat anggaran sulit dijaga," demikian tertulis dalam laporan Investopedia.

"Strategi yang bisa diterapkan adalah menyusun belanja bulan ini berdasarkan penghasilan bulan lalu, lalu sisihkan dana lebih untuk tabungan darurat," imbuhnya.

Baca Juga: Ratusan Pengunjung Apkasi 2025 Tertarik Produk Khas Luwu Utara, Kopi dan Kakao Paling Diminati

Para ahli juga menekankan pentingnya memiliki dana darurat setara 6 hingga 12 bulan pengeluaran, lebih tinggi dibanding standar 3 bulan. Hal ini penting karena pekerjaan lepas bisa berhenti kapan saja.

Untuk membantu konsistensi, Gen Z disarankan memanfaatkan fitur tabungan digital sehingga sebagian pendapatan otomatis tersimpan tanpa harus mengandalkan niat menabung semata.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Muslikhin

Sumber: Liputan

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X