(KLIKANGGARAN) – Aki merupakan komponen penting pada sepeda motor maupun mobil yang berfungsi tidak hanya untuk menyalakan mesin, tetapi juga menyalurkan daya listrik ke berbagai sistem, seperti lampu, klakson, dan perangkat elektronik lainnya.
Kondisi aki yang prima akan menjaga performa kendaraan tetap optimal, sementara aki yang bermasalah bisa memicu gangguan bahkan membuat kendaraan mogok.
Secara umum, terdapat dua jenis aki yang beredar di pasaran, yakni aki kering dan aki basah. Perbedaan keduanya terletak pada material elektrolit, karakter, serta perawatan yang dibutuhkan.
Aki kering memanfaatkan elektrolit berbentuk gel, sehingga cairannya tidak mudah menguap. Keunggulannya, aki ini bersifat maintenance free alias minim perawatan—pemilik kendaraan tidak perlu menambah cairan secara rutin. Umur pakainya rata-rata 1–2 tahun tergantung pemakaian dan kondisi kendaraan.
Sebaliknya, aki basah menggunakan cairan elektrolit mirip air yang memerlukan pengecekan dan penambahan cairan berkala. Bila cairan dibiarkan habis, kinerja aki akan menurun dan berisiko membuat kendaraan mogok. Meski begitu, harga aki basah relatif lebih terjangkau dibanding aki kering.
Baca Juga: Menkumham Supratman Tegaskan Royalti Bukan Pajak, Negara Tak Dapat Keuntungan dari Kasus di Bali
Sebagai ilustrasi, aki basah tipe NS60L dijual sekitar Rp651 ribu, sedangkan aki kering Yuasa NS40ZL dibanderol di kisaran Rp828 ribu.
Pemilihan jenis aki untuk penggunaan sehari-hari sebaiknya mempertimbangkan kebutuhan berkendara, ketersediaan anggaran, dan kemudahan perawatan. Aki kering unggul dari segi kepraktisan, sedangkan aki basah menawarkan harga ekonomis meski butuh perhatian ekstra.**