KLIKANGGARAN-- Dunia ini bukan lagi khayalan, tetapi menjadi kenyataan dengan hadirnya Kecerdasan Buatan atau AI (Artificial Intelligence).
Artificial Intelligence (AI) adalah sebuah cabang ilmu komputer yang bertujuan untuk menciptakan mesin yang dapat meniru kecerdasan manusia. Dewasa ini, AI banyak digunakan dalam berbagai bidang kehidupan, mulai dari hal paling sederhana misalnya mendeteksi kesalahan dalam tugas dalam bidang pendidikan hingga menjadi asisten operasi dalam bidang kesehatan.
Pada bidang transportasi, AI adalah kunci utama pada self driving cars, dimana AI digunakan untuk menafsirkan data, membuat keputusan, dan mengontrol jalannya mesin.
Baca Juga: Selamat, Universitas Pamulang Peringkat Ke-22 Perguruang Tinggi Negeri dan Swasta Versi UniRank
Pada bidang edukasi, AI dapat digunakan untuk menilai hasil kerja secara otomatis bahkan menjadi guru secara daring. Dalam dunia hiburan, AI berguna sebagai deteksi data untuk memberi rekomendasi tontonan, musik, atau games kepada pengguna.
Namun kemajuan teknologi selalu seperti dua sisi uang koin. Faktanya kebolehan AI, seperti otomatisasi, pengenalan pola, dan data analisis juga dianggap sebagai fasilitas untuk melakukan berbagai kejahatan internet seperti penyebaran hoax, penipuan dan pelanggaran privasi, oleh para kriminal. Tindakan-tindakan kriminal dengan menggunakan AI membawa resiko potensial dan berbagai masalah etis.
Sistem pengawasan AI pada individu dapat melanggar kebijakan privasi dengan mengumpulkan dan menganalisa data pribadi tanpa izin individu yang bersangkutan. Hal ini jelas dapat menyebabkan penyalahgunaan informasi yang sensitif dan pelanggaran pada kebijakan-kebijakan privasi.
Contohnya, phishing attacks, kebolehan AI untuk menghasilkan email yang menyerupai sumber terpercaya sehingga terlihat sangat meyakinkan digunakan untuk tindakan penipuan.
Selain itu, teknologi deepfake yang dapat membuat video atau audio palsu yang sangat realistis sering digunakan untuk penipuan, penyebaran hoax, bahkan kejahatan pornografi.
Baca Juga: Pojok Corner: Bukan Sekedar Kelas Tambahan, Sebuah Wadah Belajar yang Lebih Aktif dan Interaktif
Diambil dari hasil penelitian Universitas California tentang skala penipuan (The Phising Scale), email palsu yang dibuat oleh AI mampu membuat 30% dari penerimanya percaya, sedangkan email palsu buatan manusia hanya mampu menjangkau 10% penerimanya. dan 96% dari videonya merupakan video pornografi tanpa konsen.
Pada tahun 2016, chatbot Microsoft bernama Tay dirilis di Twitter. Dalam beberapa jam, Tay mulai men-tweet konten rasis dan ofensif. Tay akhirnya offline, tetapi insiden tersebut menunjukkan bagaimana AI dapat digunakan untuk menyebarkan informasi yang salah dan kebencian.
Pada tahun 2017, sebuah video deep fake yang menampilkan Nancy Pelosi, ketua DPR AS, beredar secara online. Video tersebut telah dimanipulasi agar terlihat seperti Pelosi sedang mabuk dan cadel. Video ini merupakan contoh bagaimana AI dapat digunakan untuk membuat disinformasi yang dapat merusak reputasi seseorang.
Deep trace Labs juga mengatakan bahwa jumlah video deep fake di internet berlipat ganda dari tahun 2018, dan 96% dari videonya merupakan video pornografi tanpa konsen. Pada tahun 2019, sebuah perusahaan bernama Clearview AI terungkap telah mengumpulkan miliaran gambar wajah orang tanpa persetujuan mereka. Clearview AI kemudian menjual akses ke database ini kepada lembaga penegak hukum dan perusahaan swasta.
Artikel Terkait
Kisah Sukses Kampus Mengajar Angkatan 6 Di SD Negeri Curug 1 Dalam Meningkatkan Literasi, Numerasi Dan Adaptasi Teknologi
Pesawat Listrik China, AG60E, Terbang Perdana dari Bandara Bandara Jiande Qiandaohu: Bukti Perkembangan Teknologi Kedirgantaraan China
Survei WEF: Manfaat Teknologi AI terhadap Produksi Akan Lebih Terasa di Negara Berpendapatan Tinggi
Jajaki Kerja Sama Pengembangan Inovasi Teknologi, BRIN Kunjungi PT Pindad