Pilkada Itu Bisa Jadi Membangun Dinasti Politik

photo author
- Rabu, 9 Desember 2020 | 06:08 WIB
gibran
gibran


(KLIKANGGARAN)—Pemilhan umum kepala daerah (pilkada) di Indonesia menarik untuk dicermati karena para pemimpin daerah sering muncul ke panggung nasional, termasuk Presiden Joko Widodo yang memulai karier politiknya sebagai Wali Kota Solo pada 2005 sebelum menjadi Gubernur Jakarta pada 2012.


Ada minat tambahan tahun ini karena beberapa kandidat berasal dari keluarga pemimpin politik saat ini.


Hari Ini Pencoblosan Pilkada 270 Wilayah, tetapi Tingkat Positif Covid-19 Capai 15,8 Persen


Kandidat terkenal termasuk Gibran Rakabuming Raka, putra Joko Widodo, dan Bobby Nasution, menantunya.


Mereka mencalonkan diri sebagai walikota di kota Surakarta dan Medan.


Yoes Kenawas, kandidat Ph. D dalam ilmu politik di Northwestern University di Amerika Serikat, menemukan pada tahun 2015 ada 52 kandidat yang berasal dari keluarga pemimpin politik yang menjabat, tetapi terjadi peningkatan pada pemilihan tahun ini sebab setidaknya terdapat 146 orang. Jumlah itu adalah "yang terbanyak dalam sejarah Indonesia sejauh ini", katanya.


Kenawas, yang juga pernah mempelajari dinasti politik di Indonesia, mengatakan peningkatan itu dimungkinkan karena banyak politisi yang terpilih pada 2010 dan 2015 sudah menjabat dua kali masa jabatan dan tidak bisa lagi mencalonkan diri. Banyak dari mereka melihat keluarga mereka sendiri sebagai kandidat terbaik untuk mempertahankan warisan dan kepentingan politik mereka.


“Ini yang pertama dalam sejarah Indonesia di mana anak dan mertua presiden aktif, anak wakil presiden bahkan anak menteri ikut langsung dalam pemilihan kepala daerah saat orang tua atau kerabat masih menjabat,” ujarnya.


“Dinasti politik semakin terbukti sebagai indikator di mana ruang untuk bersaing, meski masih luas, semakin menyempit,” imbuhnya.


Orang Indonesia sendiri menentang dinasti politik - sebuah survei yang dilakukan pada bulan Juli tahun ini oleh sebuah perusahaan yang terkait dengan perusahaan media terkemuka Kompas Gramedia, menemukan 60,8 persen responden tidak setuju dengan dinasti semacam itu dan 67,9 persen responden berusia 17 hingga 30 tahun menganggap praktik semacam itu buruk.


Barbuk Milik Laskar FPI, Polisi: 2 Pistol, 7 Peluru, 3 Selosong Peluru, 1 Pedang dan 1 Clurit


Aisah Putri Budiatri, Peneliti Pusat Kajian Politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), mengatakan pemilu tahun ini menunjukkan "kegagalan parpol dalam merekrut calon kepala daerah berdasarkan kader internal partai".


"Banyak dari kandidat berbasis kekerabatan ini bukanlah politisi berpengalaman di bidang pencalonan dan belum membangun jaringan yang mengakar baik di dalam partai atau dengan komunitas di daerah pemilihan mereka," katanya kepada Al Jazeera.


SUMBER: Al Jazeera

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Tim Berita

Tags

Rekomendasi

Terkini

X