Beda Memang, Gaya Cak Imin dan Jokowi Ketika Pengen Jadi Presiden

photo author
- Selasa, 31 Oktober 2017 | 03:28 WIB
images_berita_Okt17_HERI-Gaya
images_berita_Okt17_HERI-Gaya

Jakarta, Klikanggaran.com (31/10 /2017) - Pemilihan Presiden 2019, kurang lebih tinggal dua tahun lagi. Meskipun masih jauh, tapi dunia politik mulai rame. Tim sukses pun mulai sibuk mengkampanyekan kandidat Presiden Idola mereka.

Terkait hal tersebut, ada organ taktis (30/10/2017) bernama Jaringan Akar Rumput Cak Imim (Jangkar Cak Imin). Jangkar Cak Imin ini berisi pemuda pengagum A. Muhaimin Iskandar, yang saat ini menjabat sebagai Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa.

Jangkar Cak Imin yang dikoordinatori oleh Jabidi Ritonga ini sangat giat menggadang-gadang Cak Imin untuk menjadi calon wakil presiden pada Pilpres 2019. Sebagian publik menilai, mendorong Cak Imin hanya menjadi wakil presiden seperti mencabut hak politik Cak Imin. Bisa dikatakan, Cak Imin hanya boleh jadi wakil presiden, bukan jadi presiden.

Sebelumnya (29/10/2017), juga ada organ taktis bernama Pro-1, mendeklarasikan dukungan kepada Cak Imin-AHY untuk ikut Pilpres 2019. Ketua Nasional Pro-1 ini adalah Baihaqi Maisin, yang menyatakan bahwa organisasinya tidak tergabung atau terafiliasi dalam parpol manapun. ‘Kami kelompok muda non parpol. Kami menolak dikait-kaitkan dengan parpol manapun’.

Menurut pantuan Klikanggaran.com, ternyata Ketua Nasional, Baihaqi Maisin, dan Kelompok Pro-1, memiliki latar belakang yang sama dengan Muhaimin Iskandar. Dimana Baihaqi dan Cak Imin berideologi yang sama, berorganisasi yang sama, bahkan teman dan kerabat Baihaqi masih satu tali-pertemanan dengan Cak Imin.

Sementara Kordinator Jangkar Cak Imin, Jabidi Ritonga, adalah mantan Sekretaris Jenderal (Sekjen) Pengurus Besar Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PB PMII). Dari sini saja sudah terlihat, bahwa Jabidi Ritonga itu adalah yunior dari Cak Imin dalam organisasi mahasiswa yang sama.

Cara kampanye Jangkar Cak Imin maupun kelompok Pro-1 dalam mendorong Cak Imin menjadi pemimpin (wakil presiden) pada pilpres 2019, adalah gaya kuno sekali. Hanya mempergunakan massa dan kader sendiri agar publik yakin bahwa Cak Imin memang layak jadi wakil presiden.

Seharusnya, tim sukses Cak Imin mengetahui bahwa kampanye dengan model dukung mendukung ini bukanlah cara yang terbaik. Tapi, kalau hanya untuk menghambur-hambur duit sudah pasti, dan hasilnya belum tentu mendapat simpati publik dengan kampanye seperti itu.

Sebaiknya, tim sukses Cak Imin lebih dulu belajar dari kampanye Jokowi ketika ingin jadi presiden. Kampanye Jokowi sudah dilakukan sejak ketika menjabat sebagai Walikota Solo dan menjadi Gubernur DKI Jakarta.

Dimana Jokowi tidak pernah memanfaatkan kader sebagai wahana kampanye. Tapi, selalu mempergunakan mobil esemka dan gorong-gorong untuk memancing sentimen publik agar dapat dukungan dan simpati dari publik.

Waktu menjabat Walikota Solo, Jokowi memperkenalkan mobil esemka yang disebut-sebut sebagai mobil nasional. Sehingga begitu banyak media yang memberitakan hal tersebut. Dan, mobil esemka ini, membawa nama Jokowi melejitkan sampai setinggi langit. Jokowi jadi dikenal oleh masyarakat Indonesia dalam waktu yang singkat.

Kemudian, waktu menjadi Gubernur DKI Jakarta, Jokowi sempat turun ke gorong-gorong di Jalan MH Thamrin Jakarta untuk melihat saluran air yang tersumbat. Ada gorong-gorong yang tersumbat, Jokowi langsung turun ke lapangan dan masuk ke got-got kotor yang mampet.

Belajar dari pengalaman itu, publik akhirnya menilai, cara dan gaya kampanye untuk Cak Imin agar menjadi wakil presiden yang dilakukan oleh Jangkar Cak Imin maupun kelompok Pro-1 hanya bikin muak publik saja. Lebih baik Cak Imin melakukan kampanye yang sangat elok dan elegan seperti Nusantara mengaji yang bikin publik berdetak kagum, meskipun nama Cak Imin belum melejit seperti saat Jokowi memperkenalkan Mobil Esemka.

Tetapi, sepertinya, proyek Nusantara Mengaji kalau mau dilakukan lagi, katanya harus ada izin dulu dari para dukun. Betul nggak, sih?

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Heryanto

Tags

Rekomendasi

Terkini

X