politik

Ketua BEM UI Bandingkan Aksi Gen Z Nepal dengan Indonesia: Peringatkan Pejabat Benahi Diri, Bukan Sekadar Meredam Amarah Rakyat

Sabtu, 13 September 2025 | 07:14 WIB
Ketua BEM UI, Agus Setiawan menyoroti tuntutan yang disuarakan para Gen Z dalam aksi demonstrasi yang berujung ricuh di Kathmandu, Nepal. ( (Instagram.com/@agussetiawannnn6))


(KLIKANGGARAN) – Demonstrasi besar yang digerakkan anak muda di Kathmandu, Nepal, pada Rabu, 10 September 2025, berakhir ricuh.

Aksi tersebut didorong rasa kecewa generasi muda atau Gen Z yang menuding pejabat sering korupsi sekaligus pamer kekayaan di media sosial.

Fenomena itu tak hanya jadi perhatian publik Nepal, melainkan juga disorot di berbagai negara lain, termasuk Indonesia. Apalagi, Tanah Air juga baru saja mengalami gelombang aksi massa besar pada akhir Agustus lalu.

Baca Juga: Jokowi Pilih Tahan Komentar soal Reshuffle Budi Arie, Tegaskan Itu Hak Prerogatif Prabowo dan Janji Segera Bertemu Ketua Projo

Ketua BEM UI, Agus Setiawan, turut memberikan pandangannya terkait fenomena itu. Ia melihat ada kesamaan konteks antara tuntutan Gen Z Nepal dengan situasi Indonesia.

"Kalau menurut saya, tuntutan demonstrasi yang terjadi di Nepal itu hampir mirip dengan yang terjadi di Indonesia," ujar Agus dalam Program Kontroversi di YouTube Metro TV, Kamis, 11 September 2025.

Agus menuturkan, sebelum pecahnya demonstrasi, Nepal memang sudah dilanda masalah ekonomi. Minimnya lapangan kerja menambah kecemasan generasi muda akan masa depan mereka.

Baca Juga: Mahfud MD Nilai Reshuffle Belum Final, Prediksi Prabowo Kembali Rombak Kabinet Oktober karena Banyak Pejabat Tak Kompeten

"Ditambah ada pola perilaku korupsi juga di tataran pemerintahan. Jadi kemarahan anak muda di Nepal itu bentuk akumulasi kekecewaan terhadap pola penyelenggaraan negara," jelasnya.

Ia pun menegaskan, Indonesia bisa saja menghadapi kondisi serupa bila pejabat dan lembaga negara tak segera melakukan perubahan. DPR, pemerintah, partai politik, hingga aparat disebut perlu memperlihatkan komitmen nyata.

"Saya rasa Indonesia sedikit lagi bisa berada di titik itu, kalau semisalnya hari ini tidak ada keseriusan untuk berbenah diri," tegas Agus.

Baca Juga: Purbaya Janji Ekonomi RI Berbalik Arah Oktober 2025, Pemulihan Penuh di Akhir Tahun Jadi Ujian Kredibilitas Menkeu Baru

Menurutnya, meredam kemarahan masyarakat tidak bisa hanya sebatas kebijakan jangka pendek.

"Yang namanya amarah publik itu harus diredam dengan menuntaskan akar masalahnya, bukan cuma 'dikipas-kipaskan asapnya' untuk sementara waktu," ucapnya.

Agus menambahkan, jika pola lama terus dibiarkan, maka krisis sosial bisa terjadi kapan saja.

Halaman:

Tags

Terkini