KLIKANGGARAN -- Polisi Jerman di Berlin telah melarang semua demonstrasi pro-Palestina hingga 2 Mei dengan mengutip pernyataan antisemit yang dibuat oleh beberapa pengunjuk rasa selama protes baru-baru ini, lapor Middle East Eye, Sabtu (30/4).
Setelah dua tahun pembatasan terkait pandemi, maka pada hari Minggu (1/5) akan melihat kembalinya perayaan May Day di Berlin.
Setidaknya akan ada 15 demonstrasi terpisah di Berlin yang dijadwalkan untuk acara comeback. Di masa lalu, protes seperti ini telah menarik puluhan ribu orang dengan suasana antara pesta jalanan dan kerusuhan besar-besaran.
Baca Juga: Komandan Brigade Marinir ke-36 Ukraina Meminta Turki Meluncurkan Prosedur Ekstraksi
Namun dalam langkah yang belum pernah terjadi sebelumnya, polisi telah melarang semua protes pro-Palestina hingga 2 Mei.
Setidaknya satu dijadwalkan pada Jumat 29 April dengan judul "protes terhadap agresi Israel di Yerusalem". Larangan berlaku untuk ini dan "protes penggantian" lainnya, yang terkadang digunakan penyelenggara untuk mencoba menghindari larangan.
Dalam mengumumkan keputusan tersebut, polisi Berlin menyoroti "antisemitisme yang tidak dapat diterima" pada protes pro-Palestina pekan lalu, di mana mereka mengatakan beberapa dari beberapa ratus pengunjuk rasa pada 22 dan 23 April membuat pernyataan antisemit.
"Kami harus menyaksikan tindakan kriminal, slogan antisemit, dan seruan yang paling buruk," kata Senator Berlin untuk Interior Iris Spranger. "Itu sama sekali tidak bisa diterima."
Dalam satu contoh yang tertangkap kamera, seorang pemuda terdengar meneriakkan cercaan rasis ke arah aktivis pro-Israel yang tampil sebagai jurnalis, yang kemudian membagikan rekaman protes secara online.
Dalam kesibukan berita dan opini yang mengikuti protes ini, pembaca diberitahu tentang serangan terhadap jurnalis dan polisi, bersama dengan kekerasan antisemit.
Di lapangan, penyelenggara mengatakan bahwa situasinya sangat berbeda. Mereka mengatakan bahwa tindakan seorang pengunjuk rasa tidak boleh digunakan untuk menghakimi orang lain yang ikut serta dalam protes.
Baca Juga: Resmi! Jorge Lorenzo 99 Jadi Legenda MotoGP yang ke-33
“Suasananya luar biasa, dengan musik dan orang-orang dari segala usia dan kebangsaan,” kata Nizar Haddad, seorang Palestina dari Gaza yang kelompoknya Palestine Speaks mengorganisir protes Sabtu lalu.
Artikel Terkait
Jerman Terlalu Bergantung pada Impor Minyak dan Gas Rusia
Kabar Sedih dari Bulutangkis Indonesia, Jonatan Christie Positif Covid 19 saat sedang Bertanding di Jerman
Hasil Jerman Open 2022, Tidak Ada Wakil Indonesia di Semifinal, 3 Tunggal Putra Terbaik Indonesia Kandas
Semifinal Jerman Open 2022, Pemain China Mendominasi, Satu Tiket Final Tunggal Putri sudah di Tangan
Ukraina Membandingkan Dirinya dengan Nazi Jerman
Jerman Serukan Rencana Darurat Energi UE
Inilah Profil Ragil Mahardika, Miliki Suami dan Pindah ke Jerman Pose di Depan Markas Chelsea FC pun Trending