peristiwa

Zona Ekonomi Ekslusif, Poros Maritim dan Kedaulatan Pangan dalam Kajian AKKMI-APDHI

Selasa, 12 Oktober 2021 | 13:34 WIB
Kata Capt Hakeng, Pelaut Harus Profesional (Dok.klikanggaran.com/AKKMI)

Sejalan dengan pernyataan Capt. Hakeng, Dr. Drs. Achmad Ridwan Tentowi SH., MH., Ketua Departemen Maritim dan Perdagangan Asosiasi Profesor Doktor Hukum Indonesia (APDHI) mengatakan “Kalau mau menangkap Ikan di ZEE, maka kita harus memiliki sarana Kapal penangkap ikan yang memang cocok untuk melakukan kegiatan penangkapan di lautan lepas, harus memiliki Kapal Pemasok Bahan Bakarnya, serta Kapal Pengumpul hasil tangkapan dan sarana alat tangkap dan pendukung lainnya.

Baca Juga: Astaga, Ternyata Superman Itu Biseksual! DC Comics Tampilkan Superman Berciuman dengan Seorang Pria

Hal ini memerlukan biaya yang cukup besar dan bisa terlaksana apabila ada pinjaman bersuku bunga sangat rendah dari perbankan. Sayangnya sampai saat ini belum dinikmati para pengusaha perkapalan, galangan kapal yang kompetitif, dan kinerjanya bagus serta komponen yang diimpor diberikan kemudahan dan pembebasan bea masuk, serta tentu saja Sumber Daya Manusianya yang kompeten.

“Dari semua itu, dapat kita sepakati bersama bahwa ada PR besar yang menunggu untuk kita selesaikan. Sangat penting untuk selalu dapat memahami betapa Negara Indonesia adalah Negara Kepulauan yang sedang bercita-cita menjadi Negara Maritim," tutur Capt Hakeng.

"Keseluruhan tangkapan Nelayan ini hanya bisa terdistribusi dengan baik dan dapat memiliki nilai jual yang cukup jika didukung oleh Kapal-Kapal Niaga serta Pelaut-Pelaut handal yang akan membawa hasil tangkapan para nelayan tadi ke seluruh pelosok negeri dan juga ke-Luar Negeri,” lanjutnya.

"Tanpa pelaut dan kapal, Indonesia tidak akan menjadi Negara Maritim. Tanpa Pelaut dan Kapal, maka Kedaulatan energi, ekonomi dan pangan tidak akan bisa tercipta dengan sempurna di Indonesia," tutup Capt. Hakeng.

Halaman:

Tags

Terkini