Timothy juga menulis bahwa di semester dua dan tiga ia ingin mencari teman serta mengikuti organisasi.
"Semester 3: Mencari teman, mengikuti organisasi. Semester 4: mengikuti organisasi non-kuliah," lanjut catatan tersebut.
Dalam bagian akhir, Timothy menuliskan harapannya untuk bisa menyelesaikan kuliah dan segera bekerja.
"Tugas akhir (Skripsi, karya tulis ilmiah), wisuda, mencari pekerjaan," tulisnya.
Mimpi sederhana itu kini hanya menjadi kenangan yang mengharukan bagi keluarga dan teman-temannya.
Pesan Haru dari Ibunda
Dalam unggahan di Instagram yang sama, terlihat sosok ibunda Timothy memberikan penghormatan terakhir kepada anaknya. Dengan mata berkaca-kaca, sang ibu mengenang momen kecil yang membekas di hatinya.
"Saat dia masih kecil, ada satu momen dia melihat dengan mata polos dengan tulus, berterima kasih untuk makanan yang ibu buat," ujar sang ibunda lirih.
Dalam suasana penuh duka itu, keluarga besar memberikan pelukan hangat untuk menguatkan sang ibu yang kehilangan buah hatinya.
Kepergian Timothy bukan sekadar kisah tragis seorang mahasiswa, tetapi juga pengingat pentingnya empati dan penghentian budaya perundungan di lingkungan pendidikan.**