“Apa yang dilakukan Israel adalah serangan sistematis terhadap kemanusiaan, dirancang untuk menghapus eksistensi, budaya, dan masa depan rakyat Palestina,” tambahnya.
Layla Moran, anggota parlemen Inggris keturunan Palestina pertama, menilai langkah ini memperbaiki ketidakadilan puluhan tahun.
“Ini langkah kecil, awal dari perjalanan. Penting agar ini berubah menjadi aksi nyata di lapangan,” kata Moran.
“Seharusnya tidak perlu menunggu genosida untuk sampai di titik ini,” tegasnya.
Netanyahu: Palestina Tidak Akan Berdiri
Sebaliknya, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengecam keputusan Inggris dengan menyebutnya sebagai hadiah untuk Hamas.
“Saya punya pesan: itu tidak akan terjadi. Negara Palestina tidak akan didirikan di sebelah barat Sungai Yordan,” ujarnya.
Menteri sayap kanan Israel bahkan menyerukan percepatan aneksasi Tepi Barat. Menteri Keamanan Nasional, Itamar Ben-Gvir, menyebut akan mengajukan proposal penerapan kedaulatan Israel atas wilayah itu.
Yitzhak Wasserlauf dari partai Otzma Yehudit lebih ekstrem lagi dengan mengatakan:
“Tanah Israel hanya milik bangsa Israel – tidak ada rakyat Palestina dan tidak ada negara Palestina.”
Tekanan Internasional
Sementara itu, mantan Presiden AS Donald Trump juga menentang langkah Inggris saat kunjungan kenegaraan ke London.
Ia menyebut pengakuan Palestina sebagai salah satu “sedikit perbedaan” pandangannya dengan Starmer.