Kondisi ini menyulitkan Nepal membangun sumber daya manusia yang produktif.
Dari sisi ekonomi makro, sempat muncul catatan positif. Produk Domestik Bruto (PDB) riil Nepal tumbuh 4,9 persen pada semester I 2025, meningkat dari 4,3 persen pada periode yang sama tahun sebelumnya, terutama didorong pertanian dan industri.
Namun, Bank Dunia menegaskan, pertumbuhan tersebut terimbangi perlambatan di sektor jasa, sehingga perkembangan ekonomi belum merata.
Di sektor keuangan, tantangan justru makin berat.
"Rasio pinjaman bermasalah (NPL) meningkat hingga 4,9 persen pada pertengahan 2025, rekor tertinggi dalam sejarah Nepal," demikian tertulis dalam laporan Bank Dunia.
Kerusuhan yang melanda Nepal kini menjadi potret nyata ironi ketimpangan. Lebih dari 30 juta rakyat masih hidup dalam kesusahan, sementara segelintir orang kaya menikmati kemewahan berlipat ganda.**