Film berhasil menyampaikan esensi cerita cinta ringan yang mudah diterima oleh penonton luas, meskipun harus mengorbankan kompleksitas emosi yang terdapat dalam novel.
Secara keseluruhan, perbedaan antara novel dan film Mariposa menunjukkan bahwa proses alih wahana melibatkan adaptasi yang tidak hanya bersifat teknis, tetapi juga interpretatif.
Novel unggul dalam pendalaman karakter dan proses emosional yang bertahap, sedangkan film menekankan efektivitas visual, humor, dan romantisasi cerita.
Keduanya menghadirkan pengalaman yang berbeda, namun saling melengkapi dalam memahami kisah Mariposa dari sudut pandang dua medium yang berbeda.***
Artikel ini merupakan resensi yang ditulis oleh Risma Nurullita, Mahasiswa Sastra Indonesia, Universitas Pamulang
Artikel Terkait
Dekonstruksi Pasung Jiwa: Perempuan dan Feminisme dalam 'Pasung Jiwa' Karya Okky Madasari
Tindak dan Tutur Kata Memengaruhi Keistimewaan Cerita pada Novel 'Hujan di Bulan Juni' karya Sapardi Djoko Darmono
Menelisik Interpretant dalam Cerpen Ratu Kalinyamat: Dalam Teori Charles Sanders Peirce
Analisis Struktural Novel "Bumi Cinta" Karya Habiburahman El-Shirazy dengan Pendekatan Roland Barthes: Simbolisme dan Makna Tersembunyi
Resensi Novel dan Film Diaku Imamku: Romansa, Dilema Moral, dan Adaptasi Layar Lebar
Dari Kata ke Layar: Kajian Bandingan Novel dan Film 172 Days dalam Mengungkap Makna Cinta dan Keikhlasan