Telisik Aksi ‘Blokir Semuanya’ di Prancis: Gelombang Demo soal Pajak, Layanan Publik, hingga Penolakan PM Loyalis Macron

photo author
- Kamis, 11 September 2025 | 21:58 WIB
Presiden Prancis, Emmanuel Macron diprotes masyarakat negaranya dalam aksi bertajuk ‘Blokir Semuanya’. ((Instagram.com/@emmanuelmacron))
Presiden Prancis, Emmanuel Macron diprotes masyarakat negaranya dalam aksi bertajuk ‘Blokir Semuanya’. ((Instagram.com/@emmanuelmacron))

(KLIKANGGARAN) – Prancis diguncang demonstrasi besar bertajuk Block Everything atau “Blokir Semuanya” yang digelar di berbagai kota. Aksi ini merupakan bentuk perlawanan warga terhadap kebijakan Presiden Emmanuel Macron.

Awalnya, seruan aksi muncul dari unggahan di Facebook sebelum kemudian menyebar luas hingga menarik hampir 200 ribu orang ke jalan. Data AFP menyebut, jumlah massa mencapai 197.000 orang.

“Kami ingin layanan publik yang efektif, pajak lebih tinggi untuk orang kaya, pajak lebih kecil untuk orang miskin, serta distribusi kekayaan yang lebih adil,” ujar Jean-Baptiste, salah satu demonstran berusia 30 tahun, dikutip AFP, Kamis, 11 September 2025.

Baca Juga: MBG Jadi Program Prioritas, Menkeu Purbaya Soroti Serapan Rendah dan Minta BGN Rutin Umumkan Laporan Anggaran ke Publik

Gelombang protes ini dipicu oleh pemotongan layanan sosial dan kebijakan penghematan yang dianggap semakin menekan kelas menengah.

Kondisi itu kian pelik karena Uni Eropa menekan Prancis agar menurunkan defisit anggaran, yang kini hampir dua kali lipat batas 3 persen, sementara utang publik sudah tembus 114 persen dari PDB.

Selain faktor ekonomi, penunjukan Sebastien Lecornu sebagai Perdana Menteri baru juga memperuncing kemarahan publik. Lecornu diketahui merupakan loyalis Macron sejak 2017, sehingga penunjukannya dianggap memperlihatkan arogansi politik.

Baca Juga: MUI Tak Boleh “Berselingkuh” dengan Kekuasaan

“Penting mengambil tindakan sekarang juga. Macron tidak peduli dengan rakyat Prancis,” ucap Marie, seorang pengunjuk rasa, dikutip dari laporan yang sama.

Ia menilai langkah menunjuk PM dari lingkaran loyalis tanpa membuka ruang dialog dengan oposisi memperkeruh suasana. “Sulit menerima hal itu bahkan sebelum ada pertemuan resmi dengan pemimpin partai,” tambahnya.

Menurut Al Jazeera, Kamis, 11 September 2025, teriakan “Macron harus mundur!” pun menggema di tengah kerumunan. “Sama saja masalahnya, Macron lah masalahnya, bukan para menteri. Dia harus mundur!” tegas Fred, demonstran lain.

Baca Juga: Kemlu Pastikan 57 WNI di Nepal Aman, Siapkan Opsi Pemulangan setelah Bandara Tribhuvan Dibuka

Meski di beberapa kota aksi berlangsung damai, bentrokan pecah di Paris. Polisi antihuru-hara menembakkan gas air mata untuk membubarkan massa.

Akibatnya, hampir 200 orang ditangkap di ibu kota, sementara Kementerian Dalam Negeri mencatat total ratusan orang diamankan di berbagai kota, dengan 415 di antaranya masih ditahan.**

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Muslikhin

Sumber: Liputan

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X