Analisis Kriminolog Forensik: Ada Tanda-Tanda Tak Wajar di Balik Kematian Arya Daru

photo author
- Jumat, 18 Juli 2025 | 21:48 WIB
Diplomat Kemlu RI, Arya Daru Pangayunan. ((X.com/INAinOsaka))
Diplomat Kemlu RI, Arya Daru Pangayunan. ((X.com/INAinOsaka))

(KLIKANGGARAN) - Kasus kematian diplomat muda Kementerian Luar Negeri (Kemlu) RI, Arya Daru Pangayunan tengah menjadi sorotan publik.

Sebelumnya diketahui, Arya Daru Pangayunan ditemukan tak bernyawa di kamar indekosnya pada 8 Juli 2025 lalu.

Penemuan jasadnya menggegerkan publik karena kondisi mengenaskan dengan wajah tertutup rapat oleh lakban.

Baca Juga: Viral Pria Diduga Guru Madrasah Dituntut Rp25 Juta Setelah Dituduh Menampar Murid, Netizen: Open Donasi Yuk

Terkini, Ahli Kriminolog Forensik, Reza Indragiri memberikan analisis awal terkait penyebab meninggalnya Arya yang sempat ditemukan tewas dengan kepala tertutup lakban.

Dalam keterangannya di kanal YouTube HOTROOM Metro TV yang tayang Kamis, 17 Juli 2025, Reza menyinggung kemungkinan Arya mengalami kondisi yang disebut asfiksia, yaitu kematian akibat kekurangan oksigen di saluran pernapasan.

"Ketika saya menyimak pemberitaan bahwa almarhum meninggal dengan muka tertutup lakban, maka saya seketika teringat istilah 'asfiksiasi' yaitu seseorang meninggal akibat pasokan oksigennya yang habis di saluran pernapasan," kata Reza.

Baca Juga: Batal Gabung Klub Denmark Lyngby, Masa Depan Nathan Tjoe Masih Tanda Tanya

Melihat hal itu, Reza menyebut penyebab kematian Arya ada tanda-tanda yang tak wajar atau bukan karena hal yang bersifat alami, seperti asma atau penyakit paru lainnya.

Reza menilai, kondisi wajah tertutup lakban mengindikasikan adanya unsur non-alami.

"Dengan segala hormat, tampaknya bukan yang satu ini. Kenapa? Karena sekali lagi muka tertutup lakban. Jadi bukan sesuatu yang sifatnya alami dan wajar," terangnya.

Baca Juga: Viral MPLS Core di Medsos: Momen Makan Siang Tiba, Siswi SD Ini Malah Keluarkan Kucing dari Tasnya

Selain dugaan tanda kematian yang tak wajar, Reza juga menyarankan agar pihak kepolisian membuka kemungkinan lain, termasuk kemungkinan bunuh diri.

Kriminolog forensik itu menuturkan, metode menutup saluran napas pernah digunakan oleh sejumlah individu dalam kasus bunuh diri.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Muslikhin

Sumber: Liputan

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X