Paus Fransiskus, Prabowo Subianto dan Semua Orang Miskin Terpinggirkan

photo author
- Senin, 13 November 2023 | 09:45 WIB
Prabowo Subianto
Prabowo Subianto

Oleh: Natalius Pigai

Tulisan ini isi hati yang diucapkan Prabowo ketika Saya bertemu 2 kali. Jederal Prabowo perasaan, pikiran, gagasan dan mata hati untuk orang-orang lemah di Indonesia dan Dunia.

“Natalius apa kabar sekolah anak-anak bagaimana makanan mereka dan kesehatan mereka”. Kata-kata yang jarang diucapkan para elit Indonesia dan dunia.

“Kepada Kota dan Dunia (Urbi et Orbi): Jangan berdansa di atas penderitaan orang-orang miskin dan terpinggirkan, Paus Fransiskus, 25 Desember 2018.

Saya memang berasal dari elite bangsa ini, keturunan elite, tetapi saya adalah satu di antara elite bangsa ini yang memiliki hati untuk rakyat, bisa berbagi kepada rakyat," Prabowo 2019.

Paus Fransiskus menggegerkan pemimpin dunia ketika baru naik takhta sebagai pemimpin gereja Katolik di Vatikan menegaskan pentingnya intervensi negara menyelamatkan kemiskinan dan kebodohan di seluruh dunia.

Beberapa orang masih saja membela teori menetes ke bawah. Mereka lugu dan tidak waspada. Seperti perintah ‘kita tidak boleh membunuh’.

Sekarang kita harus mengatakan kita tidak boleh menjalankan kebijakan ekonomi yang eksklusif dan tidak adil. Paus juga mengembalikan nilai iman (fidelis), harapan (expectation) dan kasih (caritate) sebagaimana diucapkan kepada kota dan dunia (urbi et orbi) Balisika Santo Petrus pada Kotbah Natal 25 Desember 2018 “jangan berdansa di atas penderitaan orang-orang miskin dan terpinggirkan”.

Peran gereja sejatinya demi kepentingan umum (bonum commune), memihak kepada yang lemah (option for the poor) dan berbagi (subsidiaritas) dan solidaritas tanpa batas (solidarities) dan bahkan menjadi artikulator kaum pencari keadilan (voice of voiceless).

Dua tahun kemudian pernyataan Paus Fransiskus tersebut disambut oleh Direktur IMF Christine Lagarde pada tanggal 25 Juni 2015, bahwa sistem menetes ke bawah meningkatkan kesejahteraan pendapatan. Menciptakan ketidakadilan di hampir setiap negara.

Ketika yang kaya semakin kaya. Kekayaan tidak menetes ke ke bawah. Demkian pula Hillary Clinton tanggal 7 Juli 2015 bahwa kita (bangsa Amerika) tidak bisa lagi menjalankan kebijakan ekonomi yang gagal. Sudah waktunya teori menetes ke bawah dikubur dalam-dalam.

Pendapat Paus Fransiskus, kontra dengan Pemerintahan sejak jaman dahulu yang membawa Indonesia berpotensi sebagai Negara Gagal. Itulah sebabnya Prabowo Subianto membaca buku yang berjudul Negara Gagal.

Membaca buku berjudul Why Nations Fail (Kenapa Negara Gagal) yang ditulis oleh Daren Acemoglu dan James A Robinson cukup mengejutkan jika dianalisis terkait tesis pemerintahan dalam membangun negara dan bangsa kurun waktu sejak 1945-Sekarang.

Para ahli ekonom pembangunan yang berada di lingkaran pemerintahan selama ini kurang berpikir out of the box tentang arah pembangunan. Pemerintah harus membaca dan merumuskan ulang terkait rancang bangun pembangunan nasional yang berorientasi pada 2 problem utama, yaitu pengentasan kemiskinan (prosperity) dan distribusi keadilan (justice).

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Insan Purnama

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X