Roket dari Somalia
Sumber yang sama mengatakan pemerintah berencana untuk membangun situs peluncuran roket di Somalia, mitra keamanan utama Turki sejak 2011, yang juga menjadi tuan rumah pangkalan pelatihan terbesar Turki di dunia.
Somalia bukanlah negara asing bagi penggemar luar angkasa: Prancis juga mempertimbangkan menggunakan negara itu untuk menjadi tuan rumah pelabuhan antariksa pada 1960-an karena letaknya yang dekat dengan khatulistiwa, yang membuatnya lebih cocok untuk peluncuran roket.
Serdar Huseyin Yildirim, presiden Badan Antariksa Turki, menolak mengomentari Somalia dalam sebuah wawancara dengan BBC Turki pada 12 Februari, mengutip pembicaraan sensitif dengan negara tuan rumah, yang dia tidak sebutkan.
Baca juga: Dansatgas Pamtas RI-Malaysia Yonif 642/Kapuas Terima Kunjungan Pa Sahli Tk. II Kasad
Namun, sumber Turki MEE mengatakan alternatif lain seperti Libya tidak mungkin karena Turki memiliki pengaruh yang lebih besar di Somalia dan secara ilmiah lebih menguntungkan.
Rancangan perhitungan pemerintah menyarankan pembangunan dan pemeliharaan pelabuhan antariksa di Somalia akan menelan biaya lebih dari $ 350 juta.
Pemerintah juga bertujuan untuk mengalokasikan hibah bagi mahasiswa doktoral Turki untuk pergi ke luar negeri untuk belajar astrofisika, dan akan memberikan dana penelitian dan pengembangan untuk universitas Turki, seluruhnya sekitar $ 150 juta.
Yildirim mengatakan kepada media dalam wawancara berulang kali bahwa program luar angkasa akan membantu Turki memajukan teknologinya dan melakukan investasi penting di sektor-sektor yang akan membuat negara itu lebih kompetitif dalam jangka panjang.
Pemerintah masih perlu mencari entitas asing yang mampu meluncurkan roket Turki ke luar angkasa pada 2023 di mana, setelah mencapai orbit Bumi bagian bawah, roket akan diarahkan ke bulan.
Yildirim mengatakan kepada surat kabar Turki bahwa pendanaan untuk proyek tersebut dapat dibiayai melalui donor internasional karena banyak pihak yang tertarik dengan proyek luar angkasa.
Namun, sumber MEE mengatakan bahwa karena program itu sendiri akan membutuhkan pengembangan rudal, investasi asing tidak mungkin dilakukan.
"Rencana tersebut kemungkinan besar akan berkembang seiring waktu, karena target 2023 dan 2028 cukup agresif dan ada banyak variabel yang dapat berubah," tambah sumber itu. "Namun, memiliki target seperti itu akan membantu Turki untuk akhirnya berkonsentrasi pada misi ruang angkasa."
Sumber: Middle East Eye