Teknologi Hoax ‘Video Pidato Presiden Pun Bisa Dipalsukan’
Hoax dan informasi yang salah tentang vaksinasi beredar di media sosial pada awal pandemi tahun lalu. Cepat menyebar pada Desember sebelum meledak pada Januari, menurut Mafindo, sebuah organisasi sipil anti-hoax di Indonesia. Jumlah hoax anti-vaksin pada Desember adalah 22,9 persen dari total keluaran media sosial. Dipercepat menjadi 35,7 persen pada 18 Januari, kata Aribowo Sasmito, yang mengepalai tim pemeriksa fakta Mafindo. Di antaranya adalah berita hoax tentang presiden yang sempat kejang setelah mendapat vaksinasi dan meninggal dunia.
MALAYSIA
Di negara tetangga, Malaysia berharap menerima vaksin gelombang pertama pada Februari. Disinformasi datang dari penolak vaksin yang tidak percaya bahwa Covid-19 ada, kata Prof. Awang Bulgiba Awang Mahmud dari Pusat Epidemiologi dan Praktik Berbasis Bukti di Universitas Malaya.
Dalam beberapa bulan terakhir, kasus Covid-19 di Malaysia meningkat tajam. Lebih dari 186.000 terinfeksi dan 680 meninggal, meskipun awalnya berhasil mengendalikan pandemi melalui lockdown yang ketat. Survei online Kementerian Kesehatan pada bulan Desember menemukan 17 persen dari 212.000 responden tidak yakin dengan kemanjuran vaksin Covid-19. Sementara 16 persen mengatakan mereka akan menolak vaksin tersebut.
“Masalahnya adalah minoritas yang menolak vaksin berpotensi mempengaruhi orang lain untuk menolak vaksin. Maka jumlah yang menolak vaksin bisa bertambah dan ini akan menimbulkan masalah bagi negara untuk mencapai herd immunity.” kata Awang. Ia menambahkan, pemerintah perlu meyakinkan kubu anti-vaksin melalui penjelasan dari ahli ilmiah yang kredibel secara jelas dan obyektif.
“Saya akan meminta nasihat dari ilmuwan perilaku dan spesialis komunikasi terbaik di negara ini untuk mewujudkannya. Himbauan harus dibuat secara profesional, bahasa yang jelas dan terus disampaikan untuk memastikan bahwa masyarakat memahami alasan di balik vaksinasi.”
Awang mengaku tidak mudah meyakinkan para anti-vaksin dan kaum skeptis. "Namun, itu bisa dan perlu dilakukan. Kami tidak memiliki banyak pilihan jika kami ingin keluar dari pandemi dan semua kembali normal."