Selaras Ketua DPD RI, Ketua Komite III DPD RI : Kearifan Lokal Jadi Rujukan Pengambilan Kebijakan Untuk Daerah

photo author
- Selasa, 29 Desember 2020 | 17:53 WIB
b82c7b3d-8aca-4208-b54c-3ec33da7b86d
b82c7b3d-8aca-4208-b54c-3ec33da7b86d


Jakarta, www.klikanggaran.com - Selaras dengan Ketua DPD RI, La Nyalla Mahmud Mattalitti, Ketua Komite III DPD RI, Sylviana Murni, juga mengajak dan meminta Pemerintah agar mengadopsi kearifan lokal sebagai rujukan manakala ingin membuat kebijakan daerah, di mana hal tersebut dapat mencerminkan sistem demokrasi yang ideal.


“Serupa dengan Pak Ketua, saya juga mengajak dan meminta Pemerintah manakala membuat kebijakan harus berdasarkan kearifan lokal suatu daerah.” Ungkap Ketua Komite III DPD RI Sylviana Murni.


Senator asal DKI Jakarta itu menyebutkan, bahwasanya bangsa yang kaya adalah bangsa yang dapat menjunjung kebudayaannya sebagai jubah besar dimuka nasional, dan dapat teraplikasikan ke dalam sendi-sendi kehidupan.


Sebagai contoh, kita dapat melihat sejak dulu, tanah Betawi diberkahi dengan kondisi keberagaman. Ketika Fatahillah 1527 menaklukkan Sunda Kelapa, di sana sudah bercokol orang-orang Jawa, Sunda, Arab, bahkan Portugis. Jadi, saat itu Jakarta sudah bisa disebut sebagai kota metropolitan mengingat heterogenitas penghuninya. Kondisi itulah yang sejak awal membuat orang Betawi memiliki karakter: egaliter, humoris, dan toleransi tinggi. Tiga karakter ini yang dipercasya sebagai hal-hal positif perekat bangsa.


Lebih lanjut, salah satu bekal penting dalam menjalani kehidupan adalah pemahaman terhadap kearifan lokal. Betawi punya sejarah panjang melahirkan kearifan lokal yang sumbernya melalui proses empirisme atau belajar untuk mengenali diri dan lingkungannya. Membaca dan membaca, sehingga melahirkan kearifan lokal yang diwariskan ke anak cucu. Tahu, paham, lalu mengaplikasikan dalam kehidupan.


Perempuan yang akrab disapa Mpok Sylvi menerangkan, manusia dengan alam sekitarnya mempunyai hubungan. Di mana air menurut pandangan orang Betawi mendapat tempat yang khusus. Karena dari mulai lahir, upacara adat Betawi semua bersentuhan dengan air. Air sebagai bagian dari sungai juga tak terpisahkan dari kaum Betawi. Saking dekatnya, melahirkan sebuah kebudayaan sungai, mulai dari roti buaya yang mengambil ide dari buaya sebagai penjaga mata air di sungai.


Selain itu, peran sungai yang dahulu dipakai untuk mengirim bambu. Dengan media air, tenaga yang dipakai tak banyak. Sungai dalam pengertian mendalam terdapat dalam tubuh manusia. Syarat sebagai sungai terpenuhi, adanya aliran darah yang berada dalam tubuh. Jika ingin sehat, maka tubuh kita mesti tetap terjaga seperti kita merawat sungai,


Berikutnya, bicara tentang tanah yang merupakan Ibu buat  mahluk hidup untuk tumbuh. Dalam kesenian Betawi ada tarian yang memakai topeng dari tanah. Ini punya arti mendalam bahwa manusia mesti dekat dengan tanah, karena bakal kembali ke tanah. Topeng juga simbol hidup, setiap orang memainkan topengnya sendiri, ada yang berperan sebagai petugas pajak, ada yang jadi wartawan, dan lainnya. Adalah jiwa dan pikiranlah yang mengendalikan topeng. Jika memerankan dengan baik, maka baik jugalah pribadinya.


Alam juga memberi tanda dengan beragam rupa, seperti yang dicermati oleh orang Betawi dahulu, ketika ada lindu (gempa), binatang seakan bicara melalui gerak-geriknya yang gelisah. Ini adalah proses panjang, bagaimana orang Betawi membaca lingkungan sekitarnya.


Sebagai lembaga perwakilan daerah, DPD RI memiliki kewajiban moral untuk menjaga dan memberikan ruang bagi kebudayaan Indonesia untuk terus berkembang sesuai dengan porsinya. Sebab kebudayaan menjadi identitas sebuah negara. Marwah dan fungsi kebudayaan harus dijaga bersama-sama oleh seluruh elemen bangsa agar bangsa ini tidak kehilangan identitasnya, karena budaya adalah salah satu identitas sebuah bangsa.




Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Robiatul Adawiyah

Rekomendasi

Terkini

X