Jakarta,Klikanggaran.com - Prodi Pendidikan Sejarah Universitas Negeri Jakarta (UNJ) bekerjasama dengan Prodi Magister S2 Pendidikan Sejarah UNJ, PMII Universitas Negeri Jakarta, BEM Prodi Pendidikan Sejarah UNJ, LPM Didaktika dan FPPI Jakarta menggelar acara bedah buku berjudul 'Aswaja dan Marhaenisme: Titik temu Politik Kebangsaan Islam Nusantara' di lt.3 Gedung Pascasarjana Universitas Negeri Jakarta. Bedah buku ini, menghadirkan Yana Priyatna (Penulis Buku), Ahmad Suaedi (Unusia), Humaidi (Sejarawan UNJ) dan Frans Aba (Dewan Pakar GMNI).
Koordinator Prodi Magister Pendidikan Sejarah UNJ, Kurniawati, dalam sambutannya mengatakan bahwa kegiatan bedah buku ini merupakan sebuah bagian proses akademik yang kedua kali dilakukan di awal tahun ini.
"Kita ingin mengetahui, bagaimana titik temu antara Aswaja dengan Marhaenisme, sebagaimana yang menjadi judul buku ini," ujar Kurniawati.
Dalam bedah buku yang dimoderatori Adhi Sostro ini, penulis buku, Yana Priyatna mengatakan bahwa awal penulisan buku ini adalah proses penulisan tesis.
"Awalnya saya bermaksud mencari benang merah antara Aswaja dengan Marhaenisme dan untuk itu saya melakukan kajian literasi dan mencari data-data lainnya. Tidak lupa, saya pun sering mengirimkan faatihah atau bertawassul kepada Hadratus Syeikh Hasyim Asy'ari, KH. Wahab Chasbullah serta Bung Karno, sebagai cara lain sesuai dengan tradisi ke-NU-an saya," kata dia.
-
Dilain sisi, Ahmad Suaedi, dalam pemaparannya menyebutkan bahwa buku Yana Priyatma ini penting, karena berhasil mengurai mengenai keterkaitan mendasar antara Aswaja dan Marhaenisme.
"India dengan hinduismenya, Inggris dengan brexitnya serta Trump yang memainkan sentimen anti islam adalah bukti bahwa ketiga negara itu tidak terlalu baik. Indonesia jauh lebih baik, karena Pemilu kemarin dimenangkan oleh kelompok yang justru tidak menjual komoditas politik berbasis agama," ujarnya.
Sementara itu, sebagai pembedah buku, Humaidi menyatakan bahwa buku ini menunjukkan landasan geneanologis antara Aswaja dengan marhaenisme, serta pokok tujuan keduanya yang sama-sama melakukan pembelaan kepada wong cilik atau kaum mustadhafien.
"Islam dan nasionalisme, keduanya adalah barang impor. Dan islam yang berpandangan aswaja an nahdliyyah merupakan sebuah pendekatan berislam yang sudah mengalami adaptasi dengan kontruksi lokal, sebagaimana marhaenisme sebagai sosialisme yang diterapkan dengan kondisi indonesia," ujar Humaidi yang juga menjabat sebagai Koordinator Prodi Pendidikan Sejarah UNJ.
Sementara itu, Frans Aba sebagai pembicara ketiga, menuturkan bahwa ia bangga dengan terbitnya buku Yana Priyatna.
"Buku ini menuturkan bahwa antara Aswaja dan Marhaenisme memiliki kaitan erat, dan keberaaan Aswaja menjadi bukti keberadaan Islam rahmatan lil alamin yang bisa bersanding dengan keberadaan paham lain. Acara bedah buku ini dihadiri oleh sekitar 70 orang peserta dari berbagai kalangan, seperti mahasiswa, pelajar, insan media dan masyarakat umum," tandasnya.