Majelis Diskusi Mahasiswa Gelar Diskusi Radikalisme dan Terorisme

photo author
- Sabtu, 25 Januari 2020 | 08:54 WIB
diskusi
diskusi

JAKARTA, Klikanggaran.com--Fenomena viralnya video kegiatan Pramuka di daerah Yogyakarta yang mengajarkan yel-yel “Islam yes, kafir no!” mengindikasikan bahwa fenomena radikalisme agama masih ada, dan terus berkembang di masyarakat.

Merespon fenomena tersebut, Majelis Diskusi Mahasiswa mengadakan diskusi dengan tema “Peran Pendidikan dalam Mereduksi Radikalisme dan Terorisme”  bertempat di Waris Caffe, Jakarta Pusat, pada Kamis (24-01-2020)

Kegiatan yang dihadiri oleh puluhan mahasiswa se-Jakarta Pusat ini dipantik oleh akademisi dari Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (UNUSIA) Adrinovriarini dan pengamat politik dari Populi Center, Rafif Pamenang Irawan, serta pengamat politik Universitas Indonesia (UI), Ade Reza Haryadi.

Rafif mengatakan bahwa munculnya radikalisme berasal dari beberapa hal, seperti pemahaman budaya, agama, bahkan politik. Dan pemahaman itu yang memuat manusia bertindak.

“Radikalisme bisa berakar dari berbagai hal, seperti budaya, agama bahkan politik, berawal dari pemikiran yang akhirnya membuatnya untuk bergerak atau merealisasikannya,” jelas Rafif.

Menurut Rafif, pemahaman tersebut membuat orang-orag bergabung dengan grup-grup yang berbasis radikalimse sehingga membuat seseorang cenderung inklusif dan tertutup, dan hanya menerima mereka yang sesuai dengan pemikiran dan pemahamnnya dan menolak orang-orang yang berbeda pandangan dengannya.

“Orang-orang bergabung dengan grup-grup yang berbasis radikalimse sehingga membuat seseorang cenderung inklusif dan tertutup,” imbuh Rafif

Pada sisi lainnya,  Adrinovriarini mengatakan bahwa dunia pendidikan memiliki peranan penting dalam menangkal radikalisme dan terorisme yang menyasar ke pemuda saat ini. Upaya ini dapat dilakukan dengan memperbanyak lagi kurikulum yang mengajarkan nasionalisme dan pemahaman agama yang modera, seperti matakuliah Pancasila, Kewarganegaraan, Agama dan masih banyak lagi.

“Pendidikan Pancasila dan agama yang moderat sangat penting untuk mahasiswa, terutama mereka yang jurusan eksakta dan berasal dari SMA. Penerapan nilai dari mata kuliah Pancasila dapat berupa penjagaan sikap ketika bersosialisasi dengan orang lain, dan toleransi. Ini adalah salah satu upaya pemerintah dalam menanggulangi radikalisme dan terorisme melalui perguran tinggi,” jela Adrinovriarini.

Pengamatan politik UI, Ade Reza Haryadi, mengatakan bahwa di satu sisi ada kondisi nyata yang cukup mengkhawatirkan tentang radikalismen namun disisi lain dunia pendidikan harus tetap menjadi wahana agar berbagai nilai dapat didiskusikan secara terbuka.

“Proses ideologisasi itu penting menangkal radikalisme, namun dunia Pendidikan juga harus menjamin kebebasan akademik, artinya tetap memperbolehkan diskusi wacana radikalisme dengan tetap ilmiah dan kritis,” papar Ade

Kampanye antiradikalisme dan toleransi yang dilakukan oleh pemerintah akhir-akhir ini diharapkan dapat menjangkau lembaga-lembaga pendidikan di tanah air melalui Kemendikbud dan Kemenag. Sekolah harus dibekali kerangka kerja dan program untuk menumbuhkan sikap moderat dan toleransi. Imbauan dari Kemendikbud agar pihak sekolah berperan aktif dalam melawan bahaya terorisme perlu terus disosialisasikan.

“Harapan kita, semua Lembaga-lembaga Pendidikan harus aktif mengampanyekan antiradikalisme dan ektrimisme,” tutup Ade.

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Tim Berita

Tags

Rekomendasi

Terkini

X