Jakarta, Klikanggaran.com - Seperti api, amarah cenderung lebih mudah menyulut dan membakar apa saja yang ada di sekitarnya. Sehingga, melupakan ketenangan yang sangat dibutuhkan dalam meraih satu kondisi yang dicitakan bersama.
Entah disengaja atau tidak, salah satu pernyataan Ahok beberapa waktu lalu telah berhasil membuat amarah membara hampir di berbagai sudut. Pilkada yang seharusnya dipersiapkan dengan tenang dan gembira, terpaksa harus berselimut permasalahan agama.
Tapi, kita patut bersyukur bahwa masih ada satu dua dan beberapa pohon rindang yang dapat kita jadikan tempat berteduh, menyesap angin sejuk agar amarah terkikis, dan semua bisa lebih fokus pada tugas masing-masing. Hadirnya suara sewarna angin sejuk di tengah hawa panas soal sara ini, semoga dapat membuat ketenangan kembali tercipta.
Basuki Tjahja Purnama (Ahok), adalah warga keturunan Tionghoa dari Bangka Belitung. K.H. Maimoen Zubair, pengasuh Pondok Pesantren Al Anwar, Rembang mengatakan, di daerah itu (Bangka Belitung) banyak warga Tionghoa yang memeluk agama Islam.
Di Jawa Tengah sendiri menurut dia, ada masjid yang bercorak Bangka Belitung. Satu-satunya masjid berciri khas Belitung tersebut berada di wilayah Kecamatan Sarang, Kabupaten Rembang. Dengan bijak Mbah Maimoen berpesan, perbedaan itu jangan dibesar-besarkan, agar kita bisa hidup rukun.
“Yang penting, kita umat Islam, habluminallah harus dikuatkan, dan habluminannas harus selalu dijaga dengan baik,” tuturnya.
Pernyataan Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahja Purnama alias Ahok tentang Surat Al-Maidah ayat 51, tidak membuat Pengasuh Pondok Pesantren Al Anwar marah. Sebaliknya, Mbah Maimoen meminta agar seluruh umat muslim tenang dan meredam amarah.
“Dia (Ahok) kan sudah meminta maaf, maka jangan dibesar-besarkan. Bila amarah dapat diredam, maka persatuan juga bisa dijaga,” katanya.
Polemik Surat Al-Maidah tersebut menurut Mbah Maimoen serahkan saja ke pribadi masing-masing pemilih. Jika umat Islam di Jakarta tak ingin memilih Ahok karena alasan agama, tidak perlu dibesar-besarkan sehingga memicu isu SARA.
“Kalau menurut saya, bila mereka (Islam) tidak suka memilih, ya tidak usah dipilih saja. Permasalahan itu jangan dibesar-besarkan,” ujarnya.