Ferdinand: Waspada Rezim Sesat Pikir, Jaga Jarak Aman Nalar Anda

photo author
- Selasa, 1 Agustus 2017 | 03:12 WIB
images_berita_Jun17_Screenshot_25
images_berita_Jun17_Screenshot_25

Jakarta, Klikanggaran.com (1/8/2017) - Aktivis Rumah Amanah Rakyat, Ferdinand Hutahaean, mengungkapkan dengan perasaan berat, bahwa di pagi kemarin, Senin tanggal 31 Juli 2017, bulan Juli akan segera meninggalkan kita. Agustus kini di depan mata, sebuah bulan yang amat besar bagi bangsa Indonesia, karena di bulan inilah Indonesia diproklamirkan sebagai negara dan bangsa merdeka. Tepatnya tanggal 17 Agustus 1945. Kini 72 tahun sudah usia Bangsa ini, sudah cukup matang dan cukup tua jika dibandingkan dengan usia seorang manusia. Beranak cucu dan mungkin mendekati ajal. Tapi, bangsa ini tidak boleh dibiarkan mendekati ajal hanya karena diurus oleh rezim sesat pikir.

Ferdinand mengatakan, lebih dari setahun lalu, tepatnya tanggal 29 Mei 2016, Ia sudah pernah menuliskan artikel singkat yang berjudul Indonesia Dalam Cengkeraman Penguasa Sesat Pikir. Dan, ternyata sesat pikir itu semakin merajalela sekarang ini di tengah usia pemerintahan Jokowi yang semakin mendekati tutup usia.

"Sebetulnya, tutup usia pemerintahan Jokowi bagi saya tidak masalah, dan bahkan akan saya ucapkan rasa bersyukur. Hanya satu hal, saya tidak mau bangsa ini juga dibawa menutup usia seiring tutup usia pemerintahan Jokowi yang semakin mendekat," ujar Ferdinand dalam rilis yang dikirim pada Klikanggaran.com di Jakarta, Senin (31/7/2017).

Menurutnya, Indonesia ini bangsa besar, yang dimerdekakan dengan darah dan nyawa oleh para pahlawan. Oleh rakyat Indonesia yang tak tercatat sebagai pahlawan meski mereka dengan suka rela mengangkat bambu runcing untuk melawan penindasan dari penjajah yang merampas kebebasan dan kedaulatan wilayah Indonesia. Namun, sungguh sangat disayangkan, justru patung pahlawan Cina yang berdiri megah. Seperti patung Po An Tui, yang justru menurut keterangan beberapa sejarah adalah penghianat bagi Indonesia, berdiri dan diresmikan Mendagri, Tjahjo Kumolo, di Taman Mini Indonesia Indah (TMII). Atau, patung Jenderal Cina di Tuban yang besarnya melebihi patung Jenderal Soedirman.

"Jelas, hal itu bagi saya adalah akibat sesat pikir rezim Jokowi. Sesat pikir ini tak cukup hanya sebatas pembangunan patung tersebut. Namun, juga sesat pikir terhadap dibolehkannya buruh atau tenaga kerja Cina menyerbu Indonesia di tengah tingkat angka pengangguran yang tinggi dan sulitnya lapangan kerja yang terbuka. Sehingga, pada akhirnya banyak sarjana kita yang berakhir di atas sepeda motor menjadi tukang ojek. Semoga mimpi buruk ini segera berlalu," tandasnya.

Sesat pikir itu, tambah Ferdinand, ternyata semakin akut di usia pemerintahan yang semakin tua. Indikatornya apa? Mudah, bangsa ini semakin hari semakin terpuruk. Kepercayaan internasional merosot, ekonomi terpuruk, rakyat dipajaki, subsidi dicabuti, program mulai mangkrak. Bahkan parahnya, uang milik jamaah haji pun akan diutak-atik ke infrastruktur demi penyelamatan citra dari karma proyek mangkrak.

"Saya teringat bagaimana Pak Jokowi gagah dengan kalimat-kalimat mangkrak terhadap proyek masa lalu, yang hanya kecil. Contoh proyek listrik, ada 34 proyek mangkrak dengan total daya cuma 628 MW, itu kecil sekali dibanding program kelistrikan SBY. Tidak sampai 5 persen, tapi didengungkan cuma besar di kata mangkrak. Akhirnya sekarang Jokowi dihantui karma kata mangkrak, karena programnya menuju mangkrak, bahkan negara juga terancam mangkrak. Pertanyaannya, masih tersediakah uang negara untuk bayar gaji PNS Oktober nanti? Kalau tersedia, kita turut bersyukur," tutupnya.

 

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Heryanto

Tags

Rekomendasi

Terkini

X