K.H. Noer Ali, Ulama Betawi Pejuang Kemerdekaan: Guru-Guru Mengajinya

photo author
- Minggu, 25 September 2022 | 10:38 WIB
K.H. Noer Ali (Instagram/@senimannu)
K.H. Noer Ali (Instagram/@senimannu)

KLIKANGGARAN -- K.H. Noer Ali Bin H. Anwar bin H. Layu lahir pada tahun 1914 di Desa Ujung Malang, Onderdistrik Babelan, Distrik Bekasi, Regentschap (Kabupaten) Meester Cornelis, Residensi Batavia, sebelum diganti menjadi Desa Ujung Harapan Bahagia, Kecamatan Babelan, Jawa Barat.

Semasa kecil K.H. Noer Ali sudah memperlihatkan bakat kepemimpinan yang kuat, yakni mengorganisir permainan dan sifat tidak mau kalah. Noer Ali juga dikenal sebagai anak yang pandai.

K.H. Noer Ali belajar kepada ayahandanya, Guru Maksum dan kemudian Guru Mughni di Ujung Malang.

Kepada Guru Mughni, K.H. Noer Ali belajar alfiyah (tata bahasa Arab), al-Qur’ân, Tajwid, Nahwu, Tauhid, dan Fiqih.

Baca Juga: Siapa Ratu Tisha Sebenarnya, Apa Hubungannya dengan Shin Tae Yong? Ini Profil dan Alasannya Trending Twitter!

Noer Ali memiliki cita-cita untuk menjadi pemimpin agama dan membangun sebuah perkampungan surga. Dimana penduduknya beragama Islam dan menjalankan syariat Islam.

Setelah belajar agama kepada Guru Mughni, Noer Ali kemudian mondok ke Guru Marzuki di kampung Cipinang Muara, Klender.

Di sini K.H. Noer Ali menempuh pendidikan tahap lanjutan setingkat Aliyah dengan mata pelajaran sebagaimana yang diberikan pada guru Mughni, tetapi materinya dikembangkan dengan aspek pemahaman yang lebih ditekankan, seperti pelajaran Tauhid, Tajwid, Nahwu, Sharaf dan Fiqih.

Pada tahun 1933, karena dinilai cerdas dan mampu mengikuti pelajaran dengan baik, K.H. Noer Ali diangkat menjadi badal, yang fungsinya menggantikan sang guru apabila ia sedang udzur (halangan).

Baca Juga: Zelensky 'Terkejut' dengan Kegagalan Israel memberikan Iron Dome kepada Ukraina

Di pondok guru Marzuki, K.H. Noer Ali mempunyai banyak teman yang kelak akan menjadi sahabatnya dan ulama terkenal di bilangan Jakarta, Bogor, Tangerang, dan Bekasi, seperti KH. Abdullah Syafi’ie, KH. Abdurrachman Shadri, KH. Abu Bakar, KH. Mukhtar Thabrani, KH. Abdul Bakir Marzuki, KH. Hasbullah, KH. Zayadi dan lain-lain.

DISCLAIMER: Artikel ini merupakan tulisan Humaedi, Dosen Sejarah Universitas Negeri Jakarta dan telah dipresentasikan dalam Seminar Nasional Sejarah ke 4 Jurusan Pendidikan Sejarah Universitas Negeri Padang.

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Insan Purnama

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X