kebijakan

Bahaya Relaksasi Kebijakan Lockdown, Ini Peringatan WHO

Sabtu, 4 April 2020 | 05:55 WIB
who 1


JAKARTA — Negara-negara di dunia diperingatkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk tidak terburu-buru merelaksasi kebijakan ketat yang dijalankan terkait virus corona untuk menghindari kemungkinan lockdown lanjutan. Strategi transisi yang baik adalah kunci dalam menghindari karantina yang berulang. Lockdown yang berulang akan lebih berdampak negatif terhadap ekonomi.


Pernyataan tersebut disampaiakan oleh Kepala Program Darurat WHO, Mike Ryan , pada Jumat, 3 April 2020, sebagaimana dilaporkan Bloomberg.


BACA JUGA: Faisal Basri Sebut Luhut Lebih Berbahaya dari Coronavirus


"Jika kita lockdown berubah menjadi kontrol yang buruk, kembali ke lockdown, dan kembali ke kontrol yang buruk, itu bukanlah yang dibutuhkan semua orang saat ini," ujarnya dalam konferensi pers di Jenewa, Swiss.


Ryan menjelaskan bahwa upaya mencegah penyebaran virus corona dinilai tidak cukup untuk menghentikan pandemi COVID-19. Pasalnya, selama virus corona masih ada dan ada banyak orang yang belum terinfeksi, maka tetap ada risiko pandemi kembali terjadi.


Ryan mengimbau negara-negara untuk melakukan pelacakan kontak besar-besaran atas orang yang terinfeksi serta pembentukan sistem kesehatan masyarakat dan layanan kesehatan yang komprehensif agar siap ketika menghadapi wabah.


"Jika kita ingin bisa hidup bersama dengan virus ini dan memiliki ekonomi yang kembali tumbuh dengan baik, kita harus berinvestasi di hal-hal itu," lanjutnya.


BACA JUGA: MUDIK TAK DILARANG: Indonesia Potensial Melompat Lima Besar Negara Paling Terpapar Covid-19


WHO juga mengubah pandangannya terkait penggunaan masker. Meski masker kain maupun masker buatan sendiri tidak akan melindungi seseorang dari infeksi virus corona, tapi akan mengurangi kemungkinan penyebaran virus ke orang lain.


Lebih dari 20 negara telah mengunci perbatasannya dan melarang warganya beraktivitas di luar ruangan demi mencegah penyebaran virus corona. Hal ini berdampak negatif terhadap pertumbuhan ekonomi negara-negara tersebut dan ekonomi global secara keseluruhan, di mana lebih dari 90 negara mencari bantuan finansial untuk menghadapi terjadinya perlambatan ekonomi.


BACA JUGA: Wakapolri Turut Hadir Pesta Pernikahan Kapolsek Kembangan yang Dipecat


Mengacu ke data Johns Hopkins University CSSE, yang mengumpulkan data dari WHO, Centers for Disease Control and Prevention (CDC) AS, dan komisi kesehatan China, per Sabtu (4/4) pukul 05.05 WIB, jumlah kasus positif COVID-19 yang telah dikonfirmasi sudah menembus 1,08 juta di seluruh dunia. Sekalipun sebanyak 225.438 orang telah dinyatakan sembuh, tetapi penyakit ini merenggut nyawa 58.382 orang.


 


Tags

Terkini