KLIKANGGARAN ---Setelah Lulus SLTP dengan peringkat bagus, Ade Sumaedi harus kehilangan Kakeknya yang selalu jadi panutan. Kematian kakeknya mengakibatkan rasa sedih yang mendalam dirasakan Ade. Dia merasa dilema untuk melanjutkan pendidikan ke SMK Negeri 2 Majalengka (sekarang SMK Negeri 1 Majalengka).
Banyak teman-temannya yang memilih untuk langsung bekerja setelah lulus SLTP. Ditambah lagi, kondisi ekonomi keluarga yang kurang mampu membuat langkah Ade hampir tersendat.
Kemudian, beliau teringat wasiat almarhum kakeknya sebelum meninggal yang membuka pikirannya jika ingin mengubah nasib maka harus merasakan puasnya dunia pendidikan.
“De, kalau kamu ingin menjadi orang (mengubah nasib), kamu sekolah lanjut sampai puas di jenjang pendidikan.” ucap sang kakek.
Berbeda dengan sang Kakek, Ayah Ade, Ono Haryono melarang anaknya untuk melanjutkan sekolah dengan alasan pendidikan tinggi tidak penting, karena ujung-ujungnya hanya menjadi kuli. Ono beranggapan demikian karena Pak Ade selain mengantarkan sayuran setiap pagi, sepulang sekolah beliau juga bekerja sebagai kuli bongkar muat pasir.
Hal itulah yang melandasi larangan orang tua Ade, meskipun sebenarnya itu hanya gertakan untuk melihat kesungguhan beliau. Berbekal modal nekat, Ade memberanikan diri untuk mendaftar di SMK Negeri 2 Majalengka, walaupun orang tuanya kurang setuju, tetapi Ade memiliki Uwa (paman) yang mendorong untuk tetap melanjutkan sekolah dan siap membantu segala keperluannya.
Baca Juga: Rp60 Miliar Sisa Dana DAK Mamasa Dialihkan ke Belanja DAU dan Pembayaran Utang 2021
Ade akhirnya diterima di SMK Negeri 2 Majalengka jurusan otomotif. Kabar tersebut sampailah kepada sang Ayah. Mengetahui anaknya lulus tes, Ono siap membantu bahkan berusaha mencarikan dana untuk secepatnya melunasi uang pendaftaran senilai Rp.628.000.
Tiga bulan pertama di SMK, Ade mendengar informasi tentang program beasiswa untuk pelajar berprestasi dan siswa tidak mampu. Dia tak mau melewatkan kesempatan itu dan mencari tahu lebih dalam tentang kedua program tersebut.
Setelah bertanya kepada guru-guru, namanya direkomendasikan untuk menerima salah satu beasiswa. Ade memilih beasiswa untuk siswa tidak mampu dengan syarat utama surat keterangan dari Kepala Desa bahwa beliau berasal dari keluarga kurang mampu.
Baca Juga: Penyertaan Modal PDAM Kabupaten Mamasa Jadi Bancakan Setiap Tahun
Setelah semua persyaratan terpenuhi, beliau berhak menerima beasiswa tersebut. Selama sekolah, beliau hanya membayar uang bulanan sebesar Rp30.000 di tiga bulan pertama dan setiap awal tahun ajaran baru dan sisanya ditanggung oleh pihak sekolah.
Terdapat kisah yang cukup memprihatinkan selama dirinya bersekolah, yang mana pada saat itu menginjak kelas dua SMK, Ade mengikuti program praktik kerja lapangan (PKL).
Artikel Terkait
Universitas Pamulang Mengikuti Campus Update 2024 di Gedung Expo Balai Kartini Jakarta
Universitas Pamulang Selenggarakan Workshop Peningkatan Mutu Perguruan Tinggi Berdasarkan Kemendikbudristek No. 53 Tahun 2023
Wisuda Magister, Sarjana dan Ahlimadya Universitas Pamulang ke 104
APTISI Ucapkan Selamat kepada Universitas Pamulang yang Masuk 15 Besar Kampus Swasta Terbaik