Jakarta, Klikanggaran.com (08-06-2019) -- Salah satu dampak dari larangan pembelian peralatan telekomunikasi dari perusahaan-perusahaan China akan menambah biaya jaringan 5G di Eropa sekitar US$62 miliar atau Rp 868 Triliun, dan menunda penerapan teknologi tersebut dalam kurun waktu 18 bulan.
Sebagaimana dilaporkan Reuters, Jumat (7/6/2019), hal tersebut merupakan perkiraan dari laporan oleh kelompok telekomunikasi GSMA yang mewakili kepentingan 750 operator seluler. Terkait hal itu, GSMA telah menyuarakan keprihatinan mereka tentang konsekuensi dari larangan penuh terhadap Huawei.
Sebagai catatan, produk Huawei banyak dibeli dan dipakaikan oleh operator seluler di Eropa.
Seperti diberitakan, pada bulan Mei lalu, Negeri Donald Trump telah menambahkan Huawei Technologies—perusahaan pembuat peralatan telekomunikasi terbesar di dunia—ke dalam daftar hitam perdagangan dengan tuduhan peralatan tersebut digunakan untuk memata-matai negara lain.
Penambahan daftar hitam tersebut telah mendorong raksasa teknologi global, seperti Google, untuk memutuskan hubungan dengan perusahaan China dan menekan negara-negara Eropa untuk mengikuti langkah Amerika Serikat.
Hal itu menyulut kegamangan, pasalnya langkah yang dilakukan oleh pemerintahan Trump tersebut dilakukan saat operator-operator telekomunikasi di seluruh dunia sedang bersiap-siap untuk menyambut kedatangan teknologi jaringan generasi kelima atau 5G.
Tidak terkecuali dari para pelaku industri telekomunikasi di Eropa, yang 40% pemasok peralatan industrinya berasal dari dua vendor asal China yakni Huawei dan ZTE. Oleh sebab itu, pelarangan ini diyakini bakal menambah biaya pengeluaran pelaku industri hingga US$62 miliar atau 55 miliar euro.
