Purbaya kemudian menyinggung landasan ekonomi yang mengacu pada teori Sumitro Djojohadikusumo. Ia merinci tiga pilar pembangunan yang menjadi acuan pemerintah:
“Dia buat tiga pilar pembangunan ekonomi Indonesia yang bagus katanya,” ujar Purbaya.
“Yang pertama harus ada pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Yang kedua ada pemerataan manfaat pembangunan. Yang ketiga stabilitas nasional yang dinamis,” paparnya.
Ketiga prinsip tersebut diterapkan, baik dalam kebijakan jangka panjang maupun dalam program-program yang bersifat populis.
Stimulus Rp200 Triliun Disuntikkan ke Perbankan
Dalam kesempatan yang sama, Purbaya mengungkap langkah cepat yang diambil pemerintah untuk mengakselerasi ekonomi.
“Saya masukkan Rp200 triliun dari Bank Indonesia uang saya uang pemerintah ke perbankan itu akan menciptakan stimulus di perbankan,” jelasnya.
Ia menegaskan bahwa stimulus tersebut disertai pengelolaan ekspektasi publik agar dampaknya lebih terarah.
“Saya manage ekspektasi dengan tindakan riil dan memonitor hasilnya di lapangan,” tambahnya.
Program Populis MBG Jadi Penjaga Stabilitas Sosial
Baca Juga: Dua Ganda Putri Indonesia Tembus Semifinal Australia Open 2025, Peluang All-Indonesian Final Terbuka
Purbaya menegaskan bahwa kebijakan populis seperti Makan Bergizi Gratis (MBG) bukan hanya instrumen pemerataan, tetapi juga bagian dari stabilitas nasional.
“MBG (Makan Bergizi Gratis) jelas itu kan matanya pembangunan kan ke bawah terus karena orangnya senang ya stabilitas sosial politiknya kira-kira terjaga harusnya,” pungkasnya.**