bisnis

Fenomena Gray Work: Terlalu Banyak Aplikasi Bikin Pekerjaan Tambahan, Produktivitas Turun dan Industri Keuangan Paling Terdampak

Rabu, 3 September 2025 | 16:49 WIB
Ilustrasi fenomena gray work yang mengintai industri jasa keuangan hingga asuransi. ((Freepik.com))

(KLIKANGGARAN) – Penggunaan aplikasi digital di dunia kerja awalnya dimaksudkan untuk mempercepat dan memudahkan aktivitas karyawan.

Namun, riset terbaru mengungkap fakta sebaliknya: terlalu banyak aplikasi justru memunculkan masalah baru yang dikenal dengan istilah “gray work”.

“Gray work bisa diartikan sebagai kerjaan tambahan yang muncul karena data terpisah-pisah dan aplikasi yang tidak terhubung," demikian tertulis dalam laporan Entrepreneur yang dikutip pada Rabu, 3 September 2025.

Baca Juga: Pastikan Bukan karena Kelangkaan, Mentan Ungkap Penyebab Harga Beras Premium Naik dan Stok Kosong di Ritel Modern

"Akibatnya karyawan harus bolak-balik buka banyak sistem, menyalin data manual, atau mencari informasi yang tercecer. Inilah yang membuat produktivitas menurun,” sambungnya.

Menurut Quickbase Gray Work Report 2025 yang melibatkan lebih dari 2.000 pekerja penuh waktu lintas level jabatan, sebanyak 80 persen responden menyebut perusahaan mereka menambah investasi aplikasi produktivitas, namun 59 persen merasa pekerjaan justru semakin sulit.

“Sebanyak 73 persen pekerja menilai banyaknya aplikasi manajemen proyek membuat informasi sulit dibagi. Sementara 75 persen merasa data tidak bisa dilihat utuh di satu tempat,” ungkap laporan itu.

Baca Juga: Rencana Kota Modern AS di Gaza Bocor, Dinilai Upaya Deportasi Massal dan Picu Kecaman Internasional

Kondisi ini menyebabkan banyak karyawan merasa tugas mereka tertunda, hasil kerja berkurang, dan waktu habis untuk hal-hal yang tidak bernilai.

Fenomena gray work disebut paling besar dampaknya di sektor keuangan dan asuransi.

Kedua industri tersebut sangat bergantung pada kelengkapan data, sehingga ketika sistem tidak saling terhubung, beban kerja manual meningkat drastis.

“Industri keuangan paling rentan karena sangat mengandalkan data. Kalau sistem tidak saling terhubung, pekerja harus melakukan banyak hal tambahan yang seharusnya bisa dihindari,” jelas laporan Entrepreneur.

Baca Juga: Jelang Timnas Indonesia Lawan Korea di Kualifikasi Piala Asia U-23 2026, Taeguk Warriors Bawa Misi Balas Dendam Usai Gagal ke Olimpiade

Meski demikian, laporan Quickbase menilai AI (artificial intelligence) berpotensi menjadi solusi. Sebanyak 72 persen responden memperkirakan anggaran AI akan meningkat tahun depan.

Halaman:

Tags

Terkini