Persoalan oversupply juga menghambat investasi energi terbarukan. Sebagian besar surplus berasal dari pembangkit batu bara, sehingga ruang untuk energi bersih semakin terbatas.
“Investor Energi Baru Terbarukan (EBT) jadi ragu, karena permintaan tidak jelas. Padahal kita sedang dikejar target transisi energi,” tulis laporan Trend Asia.
Kini PLN menghadapi paradoks: listrik berlimpah tapi tidak terserap, kerugian triliunan membayangi, sementara tuntutan transisi energi terus mendesak. Lampu tetap menyala di kota-kota besar, namun kantong PLN kian terkuras.**
Artikel Terkait
DLHK Kabupaten Nagan Raya Tinjau Proses Dredging Di PLN Nusantara Power UP Nagan Raya
Deretan Mobil Listrik Termurah 2025, Harga Mulai Rp184 Juta Lengkap dengan Fitur Modern dan Jarak Tempuh Hingga 380 Km
Kabar Gembira Bagi yang Ingin Beli Motor Listrik, Menperin Pastikan Subsidi Sudah Disiapkan Pemerintah hingga Tahun 2026
Menkeu Purbaya Ungkap Strategi Kurangi Subsidi Listrik Lewat PLTS dan Energi Terbarukan Tanpa Bebani Kenaikan Tarif
Janji Hijau PLN di RUPTL 2025–2034: Ambisi Transisi Energi yang Masih Ditunda dan Tertahan oleh Ketergantungan Batu Bara