Oscar menambahkan bahwa nominal itu belum termasuk biaya infrastruktur lainnya.
"Itu belum terkait biaya beli alat mining-nya, infrastruktur lain yang menambahkan ke dalam biayannya itu," tukasnya.
Meski memiliki kemiripan dari sisi ongkos produksi dan kelangkaan, baik emas maupun Bitcoin tetap memiliki risiko. Menurut Oscar, investor harus memahami bahwa kedua instrumen ini memiliki volatilitas harga yang tinggi dan perlu dipertimbangkan secara matang.
Pandangan bahwa Bitcoin sebagai “emas digital” kini semakin menguat di tengah berkembangnya teknologi dan tren investasi berbasis digital. Persaingan antara keduanya pun kian memanas dalam memperebutkan posisi sebagai safe haven utama.**
Artikel Terkait
Inilah Sosok Isa Rachmatawarta Tersangka Kasus Korupsi Pengelolaan Keuangan dan Dana Investasi PT Asuransi Jiwasraya (Persero)
Luwu Utara Dorong Proyek Investasi “Kakao Lutra” di Ajang SSIC 2025
Duh, KMAKI Sebut Pusri IIIB Investasi Berbalut Kebohongan, Membodohi Masyarakat Sumsel
Takar Potensi Investasi RI-Malaysia, Anwar Ibrahim: Terlalu Besar tapi Belum Dioptimalkan