politik

Aturan Hukum Kita Masih Lemah

Sabtu, 10 September 2016 | 21:26 WIB
images_berita_Ags16_1-FARRI-Aturan

Jakarta, Klikanggaran.com - Berbicara mengenai pemilihan kepala daerah tentu akan berbicara tentang aturan main serta aturan perundang-undangan yang berlaku.

Aturan hukum yang menjadi landasan pelaksanaan pemilihan kepala daerah dianggap lemah. Hal tersebut diungkap oleh Sekretaris Jenderal Pro Demokrasi, Satyo Purwanto, dalam sebuah acara diskusi yang diselenggarakan oleh aktivis Pro Demokrasi (Prodem) di Kedai Kopi Tiam, Jl. Veteran 1, No. 34-35, Jakarta, Sabtu (10/09/16).

 

Adapun tema yang diangkat dalam diskusi tersebut adalah ’Pilkada tanpa Koruptor. Di tengah acara Satyo mengatakan bahwa aturan hukum kita masih berada pada ranah abu-abu, padahal harusnya aturan hukum itu tegas, hitam atau putih. Soal koruptor yang terlibat dalam pesta demokrasi menurutnya timbul karena adanya kelonggaran yang diberikan oleh negara melalui perangkat hukumnya.

"Harusnya aturan yang menyangkut hajat hidup orang banyak dibuat lebih tegas, boleh atau tidak (koruptor) terlibat, terutama soal Pilkada," kata Satyo.

Pada kesempatan ini, Satyo juga menyinggung soal keterkaitan dan peran media yang dianggapnya cukup berpengaruh dalam membangun opini di masyarakat.

"Berbicara tentang pesta demokrasi, sudah tentu ada kaitannya dengan media. Media itu, kan punya pengaruh juga di masyarakat, kita berharap media fair dalam hal ini, jangan condong pada salah satu calon," ujarnya.

Satyo juga berharap, para pemilik media mampu menahan diri agar tidak ikut terlibat dan melibatkan diri dalam politik praktis. Hal ini diharapkan agar medianya mampu memposisikan dirinya berdiri pada posisi yang semestinya, yaitu sebagai pengawal demokrasi dalam hal mendistribusikan informasi, tanpa condong ke salah satu kontestan.

"Klo perlu, ga usahlah para bos bos media terlibat dan terjun dalam dunia politik, karena akan berbahaya. Kami khawatir jika media condong pada salah satu calon, lalu calonnya buruk, medianya akan berusaha mencari dan menyiarkan yang baik-baik, dan jika musuhnya baik, maka akan dicari-cari keburukannya, akhirnya subjektitas yang dikedepankan," pungkasnya.

 

Tags

Terkini