politik

Pilkada Serentak, Kader PMII Tidak Dilirik PBNU?

Jumat, 3 November 2017 | 06:00 WIB
images_berita_Okt17_TIM-PBNU

Jakarta, Klikanggaran.com (3/11/2017) - Ramainya persiapan PILKADA serentak 2018 merupakan agenda politik dan kenegaraan yang sangat menarik dan cukup menyedot banyak energi.

Partisipasi kader partai, terutama kader-kader pergerakan, berduyun untuk ikut andil dalam pertarungan yang mengatasnamakan kepentingan masyarakat daerah.

Wahyuono TP, S.H., pendiri PMII Jakarta Utara sekaligus Ketum PMII Jakarta Utara, memiliki penilaian tersendiri di dalam mengamati pilkada serentak 2018. 

"Saya sangat mengamati proses pilkada ini khususnya untuk Wilayah Jabar dan Jatim. Sebagai orang NU dan Kader PMII, saya sangat berharap kader-kader potensial PMII yang sudah pasti orang NU bisa mendapatkan rekomendasi, terutama dari PBNU," tuturnya pada Klikanggaran.com di Jakarta, Jumat (3/11/2017).

Wahyuono mengingatkan, betapa besar perhatian Khofifah terhadap NU. Dalam kinerjanya sebagai Menteri Sosial saja, menurut pengamatannya, Khofifah banyak kecenderungan dan mengutamakan warga NU.

"Prestasi yang luar biasa di Kabinet Presiden Jokowi. Kinerja nyata hampir di setiap permasalahan bangsa dalam hal bencana, kejahatan anak, kesenjangan sosial, sahabat Khofifah selalu ada dan bergerak nyata. Tapi, kenapa PBNU tidak mendukung secara nyata sahabat Khofifah maju di gelanggang pilkada Jatim?" sesal Wahyuono.

"Sekali-sekali mendukung donk, kader asli, bukan kader yang dateng belakangan dan jago meloby," lanjutnya.

Lebih kritis lagi, Wahyuono menyampaikan, wajar jika Khofifah tidak diperhitungkan, karena menurutnya wadah pergerakannya, dalam hal ini PMII, sama sekali tidak menunjukkan dukungan bahkan dorongan politik yang tegas pada Khofifah untuk maju sebagai calon Gubernur Jatim.

"Jangan nanti giliran terpilih, baru semua berbondong-bondong menghadap beliau dan menggunakan bermacam-macam wajah untuk dapat posisi," cetusnya.

Menurut Wahyuono, sama halnya dengan pilkada Jabar, ada kesan bahwa kader PMII yang digadang-gadang bisa ikut dalam percaturan Balon Wagub Jabar sama sekali tidak didorong.

"Yah, paling ga disebut donk, namanya. Seperti senior saya, Kang Yayat, yang sebenarnya sudah layak dan mumpuni untuk ikutan dalam pilkada. Kurang apa beliau berkontribusi buat NU dan PMII? Tapi, kembali lagi, memang tidak ada yang tertarik untuk mendukung atau terlalu tingginya kepentingan para tokoh hingga tidak mau merekomendasikan kadernya sendiri," katanya.

Sebenarnya, pengharapan dalam pengajuan pencalonan menurut Wahyuono bisa saja langsung didapatkan melalui partai yang notabene lahir dan NU, yang mengklaim berbasis NU, dan pemilihnya adalah Warga NU. Dagangan politik seperti ini menurutnya wajar saja. Lebih luar biasa lagi kalau warga NU sekaligus PMII dapat secara langsung direkomendasi.

"Kita juga pahamlah, politik itu banyak kepentingannya, tapi untuk membesarkan para sahabat bisa saja diadakan semacam uji kelayakan dan kepatutan. Untuk dapat disandingkan dan dinilai dengan tokoh-tokoh lain di luar NU. Kalau memang polling ga naik, respon ga ada, para pengamat tidak tertarik, yah bolehlah tidak ikut sebagai calon. Kalau ini kan jadi balon saja tidak, dilirik saja tidak," ujarnya.

"Singkatnya, buat apa ada pengkaderan kalau memang tidak ada peningkatan di dalam proses berkarir? Buat apa kita ramai-ramai dikader dan hanya dijadikan sebatas pekerja yang intinya pengabdian tanpa batas dan tanpa kepastian," lanjutnya. 

Halaman:

Tags

Terkini