“Ada satu BUMN yang sudah menyiapkan 3 ribu nasi kotak, tiba-tiba membatalkan dua jam sebelum tabligh akbar. Ada BUMN yang mengundang saya setahun sebelumnya untuk hari ulang tahun, dibatalkan seminggu sebelum hari-H”, jawan UAS dengan bercerita.
Selain itu, dia juga mengaku mengalami hal buruk lainnya yakni ibadah umroh yang sudah direncanakannya tiba-tiba dibatalkan.
“Ada yang sudah siap-siap untuk umroh bersama saya 600 orang, sudah siap tiketnya, sudah siap hotelnya, dibatalkan. Saya bukan penjahat, saya bukan tokoh perlawanan mengangkat senjata,” tegas UAS.
Terkait pernyataannya itu, UAS melontarkan pertanyaan kepada Refly Harun. Dia menanyakan pendapat Refly sebagai pakar hukum tata negara terkait perlakuan tidak mengenakan yang dialaminya tersebut.
Menjawab itu, Refly Harun menegaskan kalau UAS mendapatkan perlakuan diskriminasi hanya karena berbeda pendapat soal pilpres. Harusnya kata dia, sebagai warga negara Indonesia, pemerintah wajib melindungi siapapun termasuk UAS.