Video Viral Catut Nama NU, Rochmat: Liberalisasi di Tubuh NU Begitu Jahat

photo author
- Selasa, 14 April 2020 | 21:55 WIB
images
images


Surabaya,Klikanggaran.com - Beredar video viral yang mencatut nama Nahdlatul Ulama (NU) pada Minggu 12 April 2020 di media sosial nahdliyin (kaum/warga NU). Video yang berdurasi 2 menit 50 detik itu, menampilkan seorang yang diduga santri laki-laki berbaju putih menggunakan kopyah NU yang sedang asyik membacakan puisi bertajuk ‘Jumat Agung’, karya Ulil Abshar Abdalla.


Padahal, Jumat Agung, adalah hari Jumat atau tiga hari menjelang perayaan Paskah [kristen] atau hari peringatan Penyaliban Yesus Kristus yang wafat di Bukit Golgota, dikenal sebagai bukit Calvary, tempat Yesus disalibkan.


Sejumlah kiai dan akademisi NU pun meradang, sehingga memberikan komentar keras. Salah seorang dosen di Universitas Indonesia (UI) yang enggan disebutkan namanya, mempertanyakan urgensi santri dengan kopyah NU yang membaca puisi tersebut.


“Ini puisi lama, sebenarnya biasa-biasa saja. Tetapi, hari ini sengaja dipoles untuk ‘menjual’ NU. Yang ditampilkan santri dengan kopyah NU. Ini pertanda liberalisasi di tubuh NU begitu jahat,” ujarnya, seperti dilansir duta.co, Minggu (12-4).


Dilain sisi, Prof. Dr. H. Rochmat Wahab, atau mantan Ketua PWNU DIY (Daerah Istimewa Yogyakarta), mengaku prihatin dengan kelompok liberal yang begitu massif merusak generasi nahdliyin.


“Kasihan anak-anak kita. Puisi itu sangat terkait dengan Hari Wafat Yesus Kristus. Isinya sangat kental dengan urusan aqidah. Siapa pun boleh membuat puisi. Silakan. Sah-sah saja, baik orang yang beragama Kristen, Katolik, Islam atau lainnya. Tetapi, setiap penulis mesti bertanggungjawab dengan apa yang tulisannya,” tegas Guru Besar Ilmu Pendidikan Anak Berbakat Universitas Negeri Yogyakarta.


Menurut Prof Rochmat, yang menjadi masalah dari puisi ‘Jumat Agung’ itu, adalah diviralkan dengan menggunakan sejumlah remaja laki-laki dan perempuan dengan kopyah berlogo NU. Penampilan ini secara langsung atau tidak langsung, melibatkan NU, seakan-akan secara institusional, NU ikut memback-up.


“Dan secara aqidah, jelas sekali materi dalam puisi yang dibaca itu, tidak sejalan dengan nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh NU dan para masyayikh,” tegas Prof Rochmat.

-


Prof Rochmat berharap agar generasi santri tidak dirusak dengan pikiran-pikiran liberal. NU jangan dipermainkan seperti itu. Para muassis NU bisa menangis ketika menyaksikan semua ini, betapa kita membiarkan liberalisasi memporak-porandakan NU.


“Silakan (kalau) di luar, jangan pakai institusi NU. Mengapa harus memakai baju muslim dan perkopyah berlogo NU? Ini sama saja menginjak-injak Islam dan NU. Mestinya ini tidak harus terjadi. Silakan bepuisi, lebih (gila) liberal lagi tidak masalah. Tetapi, jangan dan TIDAK BOLEH menggunakan simbol NU,” kata Prof Rochmat.


Prof Rochmat beranggapan, jika yang membacakan itu (benar) santri dan santriwati, maka sangat disesalkan terhadap orang atau institusi yang harus bertanggung jawab karena mengkoordinasikan pembacaan puisi ini dan pembuatan videonya.


“Karena kegiatan ini secara langsung atau tidak langsung melakukan pemurtadan para santri. Yang sebenarnya harus dihindari,” jelasnya.

-


Prof Rochmat juga sangat menyayangkan pada belakangan ini, bahwa dalam menafsirkan toleransi sejumlah ummat nahdliyin aktivitasnya sudah merusak aqidah. Kegiatan-kegiatannya sangat meresahkan warga NU, khususnya dan ummat Islam pada umumnya.


“Implementasi toleransi harus jelas mengikuti rambu yang ada, terutama dalam kehidupan muamalah. Banyak yang bisa dilakukan tanpa merusak aqidah, seperti membesuk orang sakit, takziah, menghadiri undangan resepsi pernikahan dll,” ujarnya.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: M.J. Putra

Tags

Rekomendasi

Terkini

X