"Blast furnace yang semestinya dilakukan selama 6 bulan untuk menguji keandalan dan keamanan, dipaksakan selesai hanya dalam waktu 2 bulan dengan alasan karena bahan baku yang terbatas," tegasnya.
Lebih jauh dirinya menyampaikan, proyek yang dimulai sejak 2011 ini telah membengkak, dari rencana semula Rp 7 triliun menjadi USD 714 juta atau setara Rp 10 triliun. Potensi kerugian proyek tersebut dipandang dapat memengaruhi kinerja emiten berkode KRAS itu ke depannya.