KLIKANGGARAN - Sobat Klik, maraknya kasus kekerasan di ponpes menjadi perhatian banyak pihak. Publik kembali dikejutkan oleh kasus kekerasan yang berujung pada meninggalnya korban. Lebih terkejut lagi, peristiwa terjadi di sebuah pondok pesantren besar. Ponpes yang tergolong tertua dengan jumlah santri ribuan.
Menilik dari catatan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) terbaru, ada 3 kasus kekerasan di ponpes yang merenggut nyawa. Misalnya yang terjadi di salah satu ponpes di Rembang. Korban dibakar oleh santri senior dan mengalami 70% luka bakar. Saat korban sedang tidur, pelaku menyiram pertalite dan menyalakan api.
Kekerasan di ponpes lain terjadi pada Agustus 2022. Peristiwa mengenaskan menimpa seorang siswa Madrasah Tsanawiyah (MTs) berusia 13 tahun. Korban meninggal dunia akibat dikeroyok sembilan orang temannya. Pengeroyokan terjadi saat korban akan ke musala untuk shalat.
Tanpa diduga korban didatangi rekan-rekannya. Dia ditangkap, lalu dibanting ke lantai oleh teman-temannya. Kedua tangan korban dipegang, wajahnya ditutup dengan sajadah. Dalam kondisi tak berdaya tubuh korban ditendangi oleh teman-temannya.
Peristiwa terbaru terjadi di sebuah ponpes besar di Jawa Timur. Menurut informasi yang diperoleh, anak korban sempat menghubungi orang tuanya untuk meminta sejumlah uang. Korban akan menjadi ketua panitia pelaksana program perkemahan di pesantren. Uang tersebut untuk berjaga-jaga jika ada benda milik pesantren yang hilang atau rusak sebagai bentuk tanggung jawab.
Usai kegiatan, korban berserta dua temannya yang juga panitia mengalami penganiayaan. Kekerasan yang dilakukan oleh santri senior ini diduga kuat berkaitan dengan kegiatan perkemahan. Akibat penganiayaan yang diduga menggunakan tongkat/kayu, korban pun meninggal. Keluarga korban menyakini adanya pukulan pada leher korban karena kepala korban (jenazah) tidak bisa ditegakkan.
Baca Juga: Profil RInggo Agus Rahman, Trending di Twitter Karena Nama Anaknya Sama dengan Hacker Viral, Bjorka
Sementara itu, dua teman korban lainnya selamat dan sudah kembali mengikuti proses belajar. Diduga kuat keduanya juga mengalami luka fisik maupun psikis akibat kekerasan yang dialami. Apalagi sampai rekan sebayanya meninggal dunia akibat kekerasan tersebut.
Kekerasan di Ponpes G Jawa Timur ini terungkap setelah ibu korban mengadu kepada pengacara. Sebelumnya dilaporkan bahwa korban meninggal karena sakit. Ibu korban menyayangkan sikap pondok yang laporannya berbeda dengan kenyataan yang diterima. Kemudian membagikan kisahnya kepada pengacara Hotman Paris yang sedang berkunjung ke Palembang.
Atas peristiwa ini Komisioner KPAI kembali menyatakan sikapnya. KPAI mengecam segala bentuk kekerasan di lingkungan pendidikan, baik di ponpes maupun sekolah umum. Tiga di atas contoh kasus kekerasan di ponpes yang muncul ke publik, tapi masih banyak kasus lain yang tidak viral. Pada beberapa kasus, keluarga korban lebih memilih menarik anaknya dari ponpes atau pindah sekolah.
Baca Juga: Reuni Lintas Angkatan 1984-1994 SMAN 1 Rengasdengklok, Kalimat Apa yang Sering Ditanyakan?
Bahkan Wakil Presiden, Ma'ruf Amin, memberikan perhatian khusus atas kasus ini. Belakangan kasus kekerasan kerap menimpa lembaga pendidikan berbasis agama Islam. Ma’ruf berharap kasus kekerasan di Ponpes G ini tidak menjelekkan pesantren.
Sementara Menteri Agama, Yaqut Cholil Qoumas, menyoroti masalah pengasuhan pada lembaga pendidikan berbasis asrama. Apalagi, orang tua siswa tidak berada di sekitar anaknya setiap saat. Yaqut menyatakan akan terus melakukan pendekatan kepada lembaga pendidikan ini. Menurutnya, harus ada penekanan terhadap pola pengasuhan, agar kekerasan di ponpes tidak terulang.